Ibra Azhari Ketangkap Narkoba, Kenapa Pengguna Lama Susah Berhenti?

Ibra Azhari (kiri).
Sumber :
  • ANTARA/Yudhi Mahatma

VIVA – Ibrahim Salahuddin atau yang lebih dikenal dengan nama Ibra Azhari kembali kedapatan menggunakan narkoba. Ibra ditangkap pada 22 Desember 2019 dini hari. Dari penangkapan tersebut, polisi menyita barang bukti berupa sabu.

Hal tersebut telah dibenarkan oleh Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Herry Heryawan. Rencananya ,  kepolisian akan menggelar jumpa pers Senin siang, 23 Desember 2019.

Ini bukan pertama kali ia berurusan dengan barang haram tersebut. Ia  pertama kali ditangkap pada 31 Agustus 2000 dan akhirnya divonis dua tahun penjara karena kasus tersebut.

Ia kembali ditangkap karena narkoba dan divonis 15 tahun penjara. Usai keluar dari jeruji besi, Ibra lagi-lagi kedapatan akan membeli narkoba. Ibra ditangkap di Seminyak, Denpasar, Bali pada Selasa, 24 Agustus 2010.

Adik kandung Ayu Azhari itu seolah sulit lepas dan berhenti dari narkoba. Tapi mengapa pengguna narkoba, terutama jenis sabu sulit untuk berhenti?

Seperti dilansir dari Addiction Center, sabu atau juga kerap dikenal dengan Methamphetamine adalah stimulan yang sangat adiktif yang dapat menyebabkan kecanduan sesedikit satu penggunaan pada beberapa pengguna. Ini terutama karena serbuan dopamin terjadi dalam tubuh setelah mengonsumsinya.

Dopamin adalah bahan kimia yang tidak hanya mendorong perasaan senang, tetapi juga untuk motivasi, ingatan dan pembelajaran. Laju dopamin yang diproduksi oleh sabu jauh lebih tinggi daripada jumlah alami dopamin yang diproduksi di otak. Hal ini yang menyebabkan orang terus menggunakan obat untuk menjaga perasaan senang yang meningkat itu.

Banyak orang yang menggunakan sabu mengonsumsinya selama beberapa hari dan tetap dalam pengaruh obat itu selama durasi waktu tertentu. Bahkan ini membuat penggunanya mengalami perkembangan toleransi dalam hal konsumsi.

Polri Diminta Jerat Bandar Clandestine Laboratorium Narkoba di Bali dengan Pasal TPPU

Artinya setelah konsumsi sabu untuk jangka waktu yang lama akan membuat orang itu membutuhkan dosis yang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi untuk merasakan efek yang sama seperti sebelumnya.

Efek stimulan menyebabkan pemakain menjadi kecanduan dengan cepat. Mereka juga bisa kesulitan merasa bahagia ketika mencoba untuk berhenti mengonsumsi sabu.

Presiden Filipina Bilang Mary Jane Bebas, Ditjen Pas: Masih Ada di Lapas Yogyakarta

Berhenti mengonsumsi sabu juga akan membuat pemakai mengalami gejala lain, seperti kecemasan, insomnia, kelelahan dan depresi. Setelah sistem imbalan bergantung pada obat, rasa takut akan penarikan dan keinginan akan sabu sering mengambil alih kehidupan seseorang. Inilah yang kemudian membuat penggunanya kesulitan untuk berhenti.

Jurus Brigjen Mukti Juharsa Buru Buronan Narkoba di Malaysia

Menurut Brigjen Mukti Juharsa, Bareskrim sudah mengantongi nama-nama buronan narkoba di Malaysia.

img_title
VIVA.co.id
28 November 2024