Ejakulasi Tanpa Keluar Sperma, Normalkah?
- U-Report
VIVA – Ejakulasi umumnya ditandai dengan keluarnya sperma saat masturbasi atau berhubungan seks. Tapi dalam beberapa kondisi, ejakulasi juga tidak selalu diiringi oleh keluarnya sperma. Kok bisa?
Seperti dilansir Mayo Clinic, setidaknya ada dua istilah untuk menggambarkan situasi tersebut. Pertama ialah oligospermia atau jumlah sperma yang rendah saat ejakulasi, dan yang kedua ialah azoospermia, atau tidak adanya sperma yang keluar saat ejakulasi.
Jumlah sperma dianggap lebih rendah dari normal jika kamu memiliki kurang dari 15 juta sperma per mililiter semen. Memiliki jumlah sperma yang rendah, mengurangi kemungkinan bahwa salah satu sperma tersebut akan membuahi sel telur pasangan kamu dan menghasilkan kehamilan. Lantas, apa sebenarnya penyebabnya?
Hal pertama yang perlu diketahui bahwa produksi sperma adalah proses yang kompleks dan membutuhkan fungsi normal testis serta kelenjar hipotalamus dan hipofisis (organ di otak yang memproduksi hormon yang memicu produksi sperma). Begitu sperma diproduksi di testis, tabung-tabung halus mengangkutnya sampai bercampur dengan air mani dan dikeluarkan melalui penis.
Masalah dengan salah satu dari sistem ini dapat mempengaruhi produksi sperma. Selain itu, ada juga kemungkinan masalah bentuk sperma abnormal (morfologi), gerakan (motilitas) atau fungsi. Namun, seringkali penyebab jumlah sperma rendah tidak teridentifikasi.
Hal ini juga bisa disebabkan karena masalah medis, seperti misalnya, masalah ejakulasi. Berbagai kondisi kesehatan dapat menyebabkan ejakulasi mundur atau kurangnya ejakulasi, termasuk diabetes, cedera tulang belakang, dan operasi kandung kemih, prostat, atau uretra.
Obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan masalah ejakulasi, seperti obat tekanan darah yang dikenal sebagai alpha blockers. Beberapa masalah ejakulasi dapat kembali, sementara yang lain bersifat permanen. Dalam kebanyakan kasus masalah ejakulasi permanen, sperma masih dapat diambil langsung dari testis.
Kamu harus mengambil langkah cepat jika mengalami masalah ereksi atau ejakulasi, gairah seks rendah, atau masalah lain dengan fungsi seksual, rasa sakit, tidak nyaman, benjolan atau bengkak di area testis, dan memiliki riwayat masalah testis, prostat atau seksual.