Miris, Ribuan Balita di Jakarta Alami Gizi Buruk
- ISTOCK/BBC.com
VIVA – Kasus gizi buruk dan gizi kurang selama ini dianggap hanya terjadi di daerah-daerah terpencil yang jauh dari pusat kota. Faktanya, hal tersebut ternyata juga terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta.
Di Jakarta Timur, tercatat ada sebanyak 4.857 balita sangat pendek dan 5.628 balita pendek di 10 kecamatan. Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh kekurangan akses pangan bergizi, ketidaktahuan mengenai gizi, hingga kurangnya akses air bersih, sanitasi, dan perilaku hidup bersih sehat.
Sayangnya, banyak orangtua tidak sadar bahwa kebiasaan pola makan dan hidup bersih sehat perlu dibiasakan sejak dini. Dokter spesialis gizi, dr. Dian Kusumadewi, M.Gizi mengatakan bahwa konsumsi gizi seimbang sesuai dengan anjuran Isi Piringku bagi anak 4-6 tahun harus dilakukan untuk memastikan anak memiliki tumbuh kembang sesuai dengan usianya.
“Periode emas tumbuh kembang anak-anak ada dalam rentang 1000 Hari Pertama Kehidupan. Namun, kebiasaan konsumsi gizi yang baik perlu dipertahankan bahkan saat anak sudah menginjak usia 4-6 tahun," ungkap dian dalam keterangan pers yang diterima VIVA, Selasa 10 Desember 2019.
Ia mengatakan, gizi seimbang seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral memiliki fungsi tersendiri dalam metabolisme dan kesehatan anak. Sehingga asupan itu harus dikonsumsi secara seimbang menurut jenis, jumlah, dan jadwal pemberiannya.
"Selain itu, mereka dianjurkan untuk mengonsumsi 8 gelas air, beraktivitas fisik, dan melakukan pemantauan pertumbuhan," kata Dian.
Untuk mendukung semua hal tersebut, menurut Health and Nutrition Sustainable Development Manager Danone, Wailayati Ningsih, peran orangtua dan tenaga pengajar di lembaga pendidikan sangat penting untuk memulai edukasi tentang pentingnya pemenuhan nutrisi, terutama di lingkungan belajar seperti sekolah.
“Salah satu hal yang penting dilakukan untuk keunggulan bangsa adalah dengan memajukan kesehatan anak-anak usia dini. Lembaga pendidikan memiliki peran besar dalam menentukan pembelajaran anak, termasuk edukasi mengenai gizi seimbang dan perilaku hidup bersih sehat, kata Ningsih.
Seperti diketahui, saat ini, sekitar 17,7 persen balita di Indonesia masih mengalami gizi kurang dan gizi buruk, hingga 30,8 persen terindikasi stunting. Diluar itu, sekitar 55 persen balita mengalami kekurangan energi, dan lebih dari 80 persen anak usia 4-12 tahun kekurangan EPA+DHA.