Orang Indonesia Kian Hari Makin Malas Gerak, Ini Bahayanya

Ilustrasi wanita duduk
Sumber :
  • Pixabay/StockSnap

VIVA – Kemudahan teknologi serta kesibukan, seringkali membuat banyak orang Indonesia kurang melakukan aktivitas fisik. Mereka lebih suka bersantai dan menghabiskan makanan ringan, hal ini belakangan juga dikenal dengan gaya hidup sedentari. 

Mengenal Diet Autofagi yang Disarankan Dokter! Turunkan BB, Cegah Kanker Hingga Jaga Kesehatan Jantung

Padahal, kurangnya aktivitas fisik bisa memicu berbagai penyakit berbahaya hingga menyebabkan kematian. Fakta juga menunjukkan bahwa jumlah orang Indonesia yang malas melakukan aktivitas fisik terus bertambah. 

"Berdasarkan data Riskesdas 2018, jumlah rata-rata penduduk Indonesia yang kurang menjalani aktivitas fisik meningkat dari 26 persen pada tahun 2013 menjadi 33 persen pada tahun 2018. Begitu juga dengan masyarakat Jawa Tengah yang juga mengalami peningkatan dari 20 persen pada tahun 2013 menjadi 29 persen pada tahun 2018," ungkap  Technical Marketing Advisor, PT Fonterra Brands Indonesia, Rohini Behl, dalam keterangan pers yang diterima VIVA, Senin, 9 Desember 2019. 

Lagi Tren Fisioterapi ke Rumah untuk Pasien Pemulihan Stroke, Seberapa Efektif?

Ia mengungkapkan, kurangnya aktivitas fisik dapat mencetus berbagai penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, dan kanker. Apalagi, penyakit tidak menular merupakan 63 persen penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun . 

"Maka dari itu, dengan rutin melakukan aktivitas fisik kita dapat terhindar dari penyakit berbahaya tersebut, seperti salah satu yang dikomunikasikan melalui GERMAS oleh pemerintah," kata Rohini. 

Inilah 7 Makanan Penurun Kolesterol yang Baik untuk Dikonsumsi

Lewat kampanye ‘Ayo Indonesia Bergerak’, Rohini juga  mengajak masyarakat Indonesia melawan gaya hidup tidak aktif atau sedentari dengan menjaga kesehatan tulang, sendi, dan otot. Secara khusus, pihaknya juga menyasar ke
masyarakat Jawa Tengah khususnya Solo untuk hidup aktif agar mencegah peningkatan risiko penyakit tidak menular, mulai dari yang masih muda sampai lanjut usia. 

"Kami ingin menginspirasi masyarakat Solo dari semua kalangan agar dapat tetap aktif bergerak semuda yang mereka rasakan demi tubuh yang sehat dan bahagia untuk diri sediri dan orang tersayang," kata Marketing Manager Anlene, PT Fonterra Brands Indonesia Rhesya Agustine.
 

Ilustrasi sakit pinggang.

Hati-hati, Saraf Kejepit yang Tak Diobati Bisa Berujung Stroke dan Merambat ke Organ Vital Lain

Faktor obesitas atau berat badan dan bertambahnya usia, juga bisa meningkatkan risiko terjadinya saraf kejepit. Hal lainnya adanya cedera lama dan mengangkat beban berat.

img_title
VIVA.co.id
14 November 2024