Penyebab Utama Kematian 19 Ribu Balita RI, Kenali Gejala Pneumonia

Ilustrasi bayi
Sumber :
  • Pexels

VIVA – Pneumonia atau radang paru merupakan penyakit dapat menyebabkan kematian namun sebenarnya dapat dengan mudah dicegah dan diobati. Walaupun begitu, hingga kini pneumonia masih menjadi penyebab kematian utama pada balita.

Hati-hati, Spons Cuci Piring Bisa Sebabkan Gagal Ginjal

Di dunia, pneumonia menyebabkan kematian pada lebih dari delapan ratus balita setiap tahunnya, dan lebih dari dua ribu kasus per harinya. Sekitar 80 persen kematian pneumonia pada anak terjadi pada kelompok usia di bawah dua tahun.

"Pada 2018, di Indonesia terdapat 19 ribu balita yang meninggal akibat pneumonia, artinya lebih dari dua anak meninggal setiap jam akibat pneumonia," ujar spesialis anak, Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A (K) dalam temu media di gedung IDAI, Jakarta, Rabu 4 Desember 2019.

Tekan Angka Kematian Bayi, Cegah Infeksi Virus RSV Diminta Jadi Prioritas Pemerintah

Pneumonia sendiri merupakan peradangan pada jaringan paru yang disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur. Bakteri penyebab pneumonia yang tersering adalah pneumokokus (Streptococcus pneumonia) dan Hib (Hemophilus influenza tipe 8), sementara virus penyebab pneumonia tersering adalah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus campak (morbili) yang dapat menyebabkan komplikasi berupa pneumonia. 

Sebelum terjadi pneumonia, biasanya pasien mengalami selesma dengan gejala batuk, pilek, dan demam. Tanda-tanda balita mengalami pneumonia adalah bila terdapat peningkatan laju nafas hingga menjadi sesak napas yang semakin berat.

Anak Sempat Masuk ICU, Tangis Zaskia Adya Mecca Pecah: Jantungku Kayak Naik Roller Coaster

"Tanda terjadinya sesak adalah adanya tarikan dinding dada bagian bawah (retraksi) atau disebut chest Indrawing sedap kali anak menarik napas. Napas cepat (takipnu) merupakan tanda pneumonia yang penting, maka kader kesehatan perlu mengenali tanda awal Ini dengan cara menghitung frekuensi napas selama satu menit penuh," lanjutnya.

Ditambahkan olehnya, batasan laju napas cepat pada bayi kurang dari 2 bulan adalah lebih atau sama dengan 60 kali per menit. Sementara, pada bayi usia 2-12 bulan adalah 50 kali per menit sedangkan usia I-5 tahun adalah 40 kali per menit.

"Selain takipnu dan retraksi, balita yang mengalami perburukan gejala ditandai dengan gelisah, tidak mau makan dan minum, sianosis (kebiruan pada bibir), kejang, hingga penurunan kesadaran," kata dia.

Ilustrasi paru-paru.

Skrining Paru-paru, Deteksi Dini untuk Selamatkan Nyawa

Faktor-faktor seperti polusi udara, kebiasaan merokok, dan penularan penyakit memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan paru-paru.

img_title
VIVA.co.id
3 Oktober 2024