HIV AIDS Tak Mudah Menular, Namun Diskriminasi Masih Terjadi
- Pixabay/PhotoLizM
VIVA – Data UNAIDS mencatat, hingga akhir tahun 2018 pengidap HIV mencapai 74,9 juta jiwa dengan 1,7 jutanya baru saja terinfeksi. Sementara itu, kematian akibat penyakit AIDS terdapat 32 juta jiwa di antaranya.
Memperingati Hari AIDS Sedunia setiap tanggal 1 Desember, stigma HIV AIDS masih menjadi perbincangan hangat. Tak sedikit yang belum teredukasi dengan tepat sehingga menganggap HIV AIDS menjadi penyakit yang dapat menular dengan mudah.
"Kita masih ada diskriminasi untuk penderita HIV AIDS. Orang bersebelahan aja takut ketularan, padahal nggak segampang itu," ujar Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH dalam acara temu media di IMERI UI, Jakarta, Senin 2 Desember 2019.
Perlu diketahui, penularan HIV AIDS hanya melalui hubungan seks, pertukaran cairan tubuh melalui jarum suntik, hingga ASI dan masa kehamilan. Namun, dengan adanya obat antiretroviral, besarnya angka penularan bisa ditekan.
"Caranya tahu positif HIV AIDS hanya dengan periksa dan dites. Setelah tahu positif, bisa diobati. Banyak pasien saya yang sudah berobat dan bisa ditekan jumlah virusnya sehingga tidak menulari," tambah dokter spesialis penyakit dalam itu.
Meski begitu, dokter Ari, sapaan akrabnya menekankan pentingnya mendeteksi gejala dini khususnya bagi dokter untuk bisa mendiagnosis dengan cepat dan tepat. Menurutnya, jika di usia muda sudah memiliki beberapa gejala tertentu, maka segera lakukan pemeriksaan.
"Angka HIV di Indonesia cukup besar. Dokter kita harus lebih teliti. Lihat lidah putih, diare lebih dari 2 minggu, kulit gelap, dan di usia muda, itu waspada gejala HIV. Segera anjurkan untuk periksa," kata dia.