Disfungsi Ereksi Bisa jadi Sinyal Adanya Masalah Jantung

Ilustrasi pria/laki-laki.
Sumber :
  • Pixabay/pexels

VIVA – Disfungsi ereksi selama ini menjadi suatu momok mengerikan bagi para pria. Tidak berhenti di situ, sebuah studi baru bahkan mengungkapkan bahwa pria dengan disfungsi ereksi lebih mungkin didiagnosis dengan detak jantung tidak teratur.

Masalah Organ Intim, Keputihan Hingga Disfungsi Ereksi Ternyata Bisa Diatasi dengan Mudah

Dikutip laman Health 24, Atrial fibrilasi atau AFib, kondisi jantung di mana denyut jantung tidak beraturan dan sering kali cepat. Kondisi ini dapat menyebabkan pembekuan darah, meningkatkan risiko stroke, gagal jantung, dan komplikasi terkait penyakit jantung lainnya. Kondisi ini mempengaruhi hingga 6,1 juta orang di Amerika Serikat.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan hubungan antara penyakit kardiovaskular dan disfungsi ereksi. "Para peneliti di balik studi baru ini ingin mencari tahu bagaimana AFib cocok dengan gambaran itu," kata Dr Yoshihiro Tanaka, peneliti utama studi tersebut.

Andropasue Bisa Sebabkan Masalah Seksual pada Pria, Dokter Beberkan Tanda-tandanya

"Sudah diketahui bahwa gejala disfungsi ereksi muncul dua hingga tiga tahun sebelum kita melihat penyakit kardiovaskular, jadi jika kita dapat menggunakan gejala disfungsi ereksi sebagai penanda untuk memprediksi AFib di masa depan. Dengan demikian, kita mungkin dapat merawat pasien lebih awal dan mudah-mudahan menghentikan perkembangan penyakit," kata Tanaka, seorang ahli jantung dan peneliti postdoctoral di Universitas Northwestern di Chicago.

Dalam penelitian ini ia melibatkan 1.760 pria yang lebih tua tanpa riwayat AFib.  Setelah empat tahun, 9,6 persen pria yang melaporkan mengalami disfungsi ereksi didiagnosis dengan AFib dibandingkan dengan 2,9 persen pria tanpa kondisi tersebut.  

Ketahui 7 Manfaat Dahsyat Olahraga Lari: Bukti Sukses Charity Fun Run 2024

Bahkan setelah disesuaikan untuk berbagai faktor risiko, termasuk merokok, berat badan, diabetes, dan tekanan darah, pria dengan disfungsi ereksi 66 persen lebih mungkin didiagnosis dengan AFib.

"Itu hubungan yang cukup kuat. Jika pasien memiliki disfungsi ereksi, dokter harus menyelidiki faktor risiko kardiovaskular lainnya dan memulai pengobatan sesegera mungkin," kata Tanaka, yang mempresentasikan temuan awal pekan lalu di Sesi Ilmiah Asosiasi Jantung Amerika.

Di antara kelemahan studi, pasien melaporkan sendiri disfungsi ereksi mereka dan peneliti tidak tahu apakah kondisi itu disebabkan oleh masalah pembuluh darah atau masalah psikologis.

"Keterbatasan lainnya adalah atrial fibrilasi, yang sangat sulit dideteksi," kata Tanaka.  

"Beberapa pasien tidak mengeluh gejala apa pun karena aritmia muncul dan menghilang tiba-tiba."

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya