Hati-hati dengan Panasnya Matahari Makin Berisiko Sebabkan Melanoma

Ilustrasi terkena sinar matahari.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Belakangan, suhu udara di Jakarta dan sekitarnya begitu panas. Bahkan matahari sangat terik hingga membahayakan kesehatan kulit. Seperti diketahui, berada di bawah terik sinar matahari terlalu lama, bisa menyebabkan masalah kesehatan, termasuk kanker kulit, melanoma.

Lawan Kanker Kulit dan Otot, Ini Cerita Bams Eks Samsons

Seperti dikutip laman Gulf, para peneliti di QIMR Berghofer bahkan menunjukkan, ada 22 gen berbeda yang membantu menentukan seberapa banyak seseorang harus terpapar matahari sebelum mengembangkan melanoma.

Baca Juga: Sering Masak Sambil Telanjang, Chef Ruby Day Mendadak Populer

2 dari 5 Orang Indonesia Berisiko Osteoporosis, Ini Nutrisi dan Gaya Hidup yang Harus Diperhatikan

Studi ini dipublikasikan dalam jurnal, 'British Journal of Dermatology.' Orang-orang yang berisiko genetik tinggi, paparan sinar matahari di masa kanak-kanak adalah faktor yang kuat sementara orang-orang dengan risiko genetik rendah mengembangkan melanoma hanya bisa berisiko terjadi setelah paparan sinar matahari seumur hidup.

Australia memiliki tingkat kanker kulit tertinggi di dunia. Setiap tahun lebih dari 12.000 orang Australia didiagnosis menderita melanoma invasif, yang merupakan bentuk penyakit yang paling mematikan.

Lagi Viral SPF Lip Gloss, Emang Bibir Perlu Perlindungan dari Sinar UV?

Peneliti utama Profesor David Whiteman di Cancer Control Group dari QIMR Berghofer Medical Research Institute mengatakan bahwa untuk memahami konsep ini dengan baik, penelitian ini menggunakan data dari QSkin, studi genetik terbesar di dunia mengenai kanker kulit, untuk mengeksplorasi bagaimana gen dan paparan sinar matahari mempengaruhi seseorang hingga kemungkinan mengembangkan melanoma.

"Temuan penelitian menunjukkan bahwa orang-orang dengan gen yang membuat mereka cenderung terkena kanker kulit hanya membutuhkan tingkat paparan yang rendah terhadap iklim cerah Australia untuk mengembangkan penyakit ini," kata Whiteman.

"Data kami menunjukkan bahwa orang yang lahir dan tumbuh besar di Australia memiliki risiko melanoma meningkat 50 persen, sementara mereka yang bermigrasi ke Australia saat dewasa, yang memiliki gen yang sama, kecil kemungkinannya terserang penyakit mematikan ini."

"Ini menegaskan bahwa kerusakan kulit akibat sinar matahari hingga usia sekitar 20 tahun sangat berbahaya bagi orang-orang dengan risiko genetik yang lebih tinggi karena itu cukup untuk memicu melanoma dan mereka tidak memerlukan paparan kumulatif yang lama juga."

David juga menambahkan, penting untuk menunjukkan bahwa orang yang tidak membawa gen melanoma bukan berarti harus lengah. Sebab, mereka juga bia risiko tinggi menderita kanker kulit melanoma. Jika terus-menerus terkena paparan sinar matahari selama seumur hidupnya, bukan tak mungkin mengalami penyakit mematikan ini.

"Orang-orang ini akan sering memiliki banyak bintik matahari sebagai akibat dari paparan itu."

Manajer proyek studi, Catherine Olsen, mengatakan para peneliti melihat faktor genetik dan perilaku dalam data untuk mengetahui risiko melanoma.

"Data QSkin termasuk informasi tentang tempat lahir, usia saat migrasi, kulit terbakar dan jam kumulatif yang dihabiskan di bawah sinar matahari bersama dengan sejarah karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel basal, dan bintik matahari. Ini juga termasuk informasi DNA," kata Dr Olsen.

"Kami kemudian mengikuti dan meneliti orang-orang dari 2011 dan belajar tentang diagnosa melanoma mereka dari Cancer Registry, yang memungkinkan kami untuk mencari tahu risiko."

Nah buat kita yang tinggal di Indonesia, Jakarta dan sekitarnya, enggak ada salahnya untuk waspada dengan paparan sinar matahari yang bisa menimbulkan risiko terjadinya melanoma.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya