Heboh Teror Sperma, Ini Kata Pakar
VIVA – Beberapa waktu lalu sempat heboh seorang pria yang melakukan teror sperma. Pelaku melancarkan aksinya dengan memperlihatkan alat kelamin kemudian masturbasi hingga mengeluarkan sperma dan melempar sperma itu ke korbannya.
Seseorang yang tak malu menunjukan alat kelaminnya pada orang asing di ruang terbuka disebut dengan ekshibisionisme. Perilaku ini tentunya menimbulkan keresahan, terlebih pada kaum wanita.
Menurut Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa dari Rumah Sakit Awal Bros Bekasi Barat, dr. Alvina, SpKJ, ekshibisionisme adalah penyimpangan seksual (sexual deviation) yang ditandai dengan adanya perilaku memperlihatkan alat kelamin seseorang pada orang asing. Perilaku ini dilatarbelakangi dengan adanya fantasi seksual dan dorongan seksual yang kuat yang terjadi dalam periode waktu enam bulan.
"Sama seperti gangguan jiwa lainnnya, kondisi ini bisa terjadi karena interaksi faktor biologis (seperti gen), psikologis (kondisi psikologis orang tersebut), dan sosial (seperti pola asuh dan lingkungan)," ujar Alvina, dikutip dari siaran pers, Kamis 21 November 2019.
Penyakit ini termasuk gangguan jiwa di bawah payung gangguan parafilia - penyimpangan seksual. Tidak ada ciri-ciri spesifik yang menandakan penderita ekshibisionisme (ekshibisionis). Menurutnya, terdapat kemungkinan orang yang memiliki kondisi ekshibisionisme memiliki gangguan jiwa yang lain, kesulitan dalam bersosialisasi, serta memiliki kepercayaan diri yang rendah.
"Biasanya, target ekshibisionis biasanya orang asing yang tidak dikenal," ujarnya lagi.
Terdapat dampak berkelanjutan dalam diri ekshibisionis diantaranya yaitu sesaat merasakan kepuasan seksual dan kemudian mungkin merasa bersalah namun tidak bisa menahan dorongan untuk melakukannya kembali. Ekshibisionis biasanya merasa berbeda sehingga semakin menarik diri dari pergaulan sosial dan merasa malu.
Ekshibisionis dapat melakukan tindakan berulang jika mereka tidak melakukan terapi yang adekuat. Biasanya, terapi dilakukan dengan memadukan psikofarmaka (obat) dengan psikoterapi yang tentunya harus diakukan evaluasi menyeluruh apakah terdapat gangguan jiwa lain yang juga tentunya memerlukan terapi dalam bentuk lainnya.
“Perlu diperhatikan bahwa orang dengan ekshibisionisme adalah orang yang mengalami gangguan kesehatan jiwa atau mental yang memerlukan pertolongan secara medis. Hendaknya kita memandang orang-orang tersebut secara objektif,“ kata Alvina.
Jika kita bertemu dengan orang yang memperlihatkan alat kelaminnya, sebisa mungkin kita mengabaikan dan menjauh dari orang tersebut. Bila timbul perasaan tidak nyaman yang menetap setelah bertemu dengan orang yang menunjukkan ciri-ciri ekshibisionis, kamu bisa mencari bantuan profesional (psikolog atau psikiater) untuk berkonsultasi lebih lanjut.