Angkanya Menurun, Pemerintah Beri Apresiasi 10 Sosok Pencegah Stunting

Ilustrasi bayi.
Sumber :
  • ISTOCK/BBC.com

VIVA – Data Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan prevalensi stuting sebesar 30,8 persen. Selang setahun, pada Oktober 2019, data Kementerian Kesehatan RI mencatat penurunan stunting menjadi 27,67 persen.

Stunting merupakan kegagalan anak dalam tumbuh dan berkembang sehingga membuat tubuh menjadi kerdil serta kecerdasan yang kurang baik. Hal ini membuat prevalensi stunting perlu ditekan bahkan diperangi agar generasi muda di Tanah Air memiliki daya saing yang tepat.

"Stunting juga dapat berdampak tidak langsung terhadap tingkat pengangguran kita. Orang stunting itu biasanya mereka memiliki otaknya mengecil, badan pendek sehingga dia tidak bisa punya daya saing," ujar Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, di Istana Negara, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Moeldoko melanjutkan bahwa stunting sendiri diakibatkan kurang gizi kronis yang terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan. Sebab, kata Moeldoko, jika 1000 hr pertama kehidupan tidak ditangani dengan baik akan membawa risiko berkepanjangan.

Moeldoko menuturkan bahwa prevalensi stunting sendiri mulai menurun secara perlahan dengan beragam upaya pemerintah termasuk bekerja sama dengan berbagai pihak. Salah satu yang menjadi perhatiannya yaitu upaya dari 10 pegiat untuk menekan prevalensi stunting di Tanah Air.

"Saya sungguh terima kasih pada teman-teman pegiat stunting karena teman-teman melakukan kerja nyata. Kurang lebih 1,7 jt balita telah terselamatkan dari stunting. Ini karena berkat kerja keras pegiat yang tidak kenal menyerah, berbagai inovasi dilakukan," ucap Moeldoko.

Dalam kesempatan yang sama, Moeldoko mewakili pemerintah menyampaikan apresiasi secara langsung disertai pemberian penghargaan pada 10 pegiat stunting. Berikut profil pegiat stunting.

1. Ratna Megawangi, istri dari ?Menteri Sofyan Djalil. Mendapatkan penghargaan ?karena menemukan konsep pendidikan holistik berbasis karakter. Pengasuhan dengan cinta emosi positif bisa menstimulasi tumbuh kembang anak. Bersama dengan sang suami, Sofyan Djalil ?mereka mendirikan 1300 PAUD di seluruh Indonesia.

?2. Selina Patta Sumbu, Ketua Yayasan Sayangi Tunas Cilik yang membuat perubahan luar biasa kerja sama dengan KSP mengembangkan pendekatan, pencegahan stunting melalui posyandu ramah anak.

3. ?Diyah Puspitarini Ketua Umum Nasyiatul Aisyiyah, organisasi Muhammadiyah untuk remaja yang aktif mendesak komisi VIII, IX, X menjadikan stunting sebagai program nasional.

4. Zack Petersen mengawali karier sebagai relawan? membuat gerakan 1000 hari pertama kehidupan. 

5. ?Robyn Soetikno milenial berprestasi Indonesia yang membuat aplikasi untuk ibu hamil "Moms Teman Curhat"

6. Stevia Angesty yang peduli dengan fasilitas Mandi Cuci Kaskus (MCK)? lantaran prihatin dengan kondisi balita di Indonesia, kerap menderita diare akibat sanitasi yang buruk.

7. Meity Monteiro, bunda Paud

8. Aripin Ahmad, Dosen Ilmu Gizi IPB yang juga pegiat stunting asal Aceh. Membuat konsep Rumoh Gizi Gampong lalu diiadopsu menjadi bagian dari isi Pergub Aceh ?No 14/2019 khususnya upaya cegah stunting di level desa.

Empowering Communities and Technology to End Stunting in Indonesia

9. ?Noer Wulan Sari Kaban, banyak bersosialisasi di program pemberdayaan ekonomi perempuan. Bersama dengan Kopernik, dia mengembangkan program pemenuhan kebutuhan air layak minum dengan menggunakan saringan air.

10. Heri kurniawan, mahasiswa Universitas Pertamina Jakarta yang terpilih jadi Duta GenRe Indonesia Provinsi Jakarta tahun 2019. Aktif membagikan makanan sehat kepada peserta RPTRA dan Posyandu.

Kunjungan ke Jayawijaya, Wamendagri Ribka Ingatkan Bahaya Stunting bagi Anak-Anak
Pelantikan TP PKK di Balai Sudirman Jakarta

Inovasi dan Adaptasi Teknologi Informasi Penting Bagi Program PKK

Ketua Umum, Ketum Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Nyonya Tri Tito Karnavian, menyinggung keharusan akan inovasi dan adaptasi pada teknologi

img_title
VIVA.co.id
20 November 2024