Limbah Hewan Ternak yang Terpapar Antibiotik, Berbahaya Bagi Manusia
- ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
VIVA – Belakangan masalah resistensi antibiotik jadi perdebatan di seluruh dunia. Resistensi antibiotik ini disebabkan pemaparan antibiotik yang tak hanya pada pengobatan namun juga lewat konsumsi hewan ternak.
Manusia yang mengonsumsi hewan ternak yang terpapar antibiotik bisa menyebabkan efek samping yang serius pada manusia.
Dalam pakan ternak antibiotik digunakan untuk memacu pertumbuhan ternak agar dapat tumbuh lebih besar dalam waktu singkat, serta mencegah hewan ternak terpapar virus, sehingga mudah mati.
"Penggunaan Antibiotic Growth Promotors (AGP) di dunia peternakan sudah dilarang, di Asia Tenggara, Indonesia menjadi negara pertama yang langsung bereaksi. Tapi kenyataannya tidak bisa ditampik peternak secara sembunyi-sembunyi dapatkan antibiotik sebagai imbuhan pakan dan pencegahan melalui air minum," kata dokter hewan, Drh. Wayan Wiryawan di Go Work FX Senayan Jakarta Pusat, Kamia 14 Novembee 2019.
Dia melanjutkan, ketika antibiotik digunakan pada hewan akan menghasilkan bakteri yang resisten pada tubuh hewan (contohnya pencemaran). Secara ilmiah dikatakan bahwa antibiotik menciptakan bakteri resisten pada hewan. Bakteri-bakteri ini kemudian dapat mencemari daging saat hewan dipotong dan dikonsumsi.
Jika seseorang mengonsumsi daging ini dalam kondisi kurang matang atau tidak mengolah dagingnya dengan benar (misalnya karena menggunakan talenan yang sama untuk daging dan sayuran dimakan mentah), maka orang bisa sakit.
Lalu bagaimana limbah peternakan dapat menyebarkan resistensi antibiotik? Ketika kotoran hewan yang diberi antiobiotik akan mengandung antibiotik karena kebanyakan antibiotik tidak dapat hancur, sehingga sebagian besar keluar lagi dari kotoran hewan. Kotoran hewan juga mengandung banyak bakteri (yang resisten dan yang tidak resisten). Oleh karena itu, baik antibiotik maupun resisten akan muncul di alam ketika hewan ternak mengeluarkan kotoran.
Ketika kotoran hewan ini digunakan sebagai pupuk kandang dan tidak diolah dengan benar. Hal ini membuat tanaman pangan yang dimakan mentah dapat menularkan kuman penyakit seperti salmonela dan e.coli.
Aspek lain lagi yang perlu diperhatikan adalah residu antibiotik pada daging. Ketika memberikan antibiotik pada ternak, penggunaannua harus dihentikan dalam jangka waktu tertentu sebelum ternak dipotong atau susunya diperah.
Jika masa henti obat ini tidak dipenuhi, maka residu antibiotik akan mengendap pada daging dan susu. Hal ini sebenarnya tidak jadi masalah dalam perspektif resistensi antibiotik, tetapi lebih pada masalah keamanan pangan yang bisa menyebabkan resistensi antibiotik pada tubuh pada manusia.
"Residu antibiotik di produk pangan dikonsumi manusia jadi resisten. Di pangan jangan sampai residu, di residu daging bisa hilang. Tapi jika ikan, udang akan sulit hilang karena sirkulasi airnya di situ saja, kalau di telur treament 2-3 hari telur enggak boleh dijual dikonsumsi," kata dia.