Jangan Sering Lembur, Kerja Terlalu Lama Bikin Kepala Cepat Botak
- Pixabay/ Pexels
VIVA – Mendedikasikan diri untuk pekerjaan dengan mengambil waktu lembur panjang mungkin bisa menambah pemasukan kamu. Tapi, tidak demikian dengan kesehatan rambutmu.
Sebabnya, sebuah studi baru mengungkapkan bahwa kesuksesan karier harus dibayar mahal setelah menemukan bahwa orang yang bekerja lebih dari 52 jam seminggu dua kali lipat berisiko mengalami kebotakan.
Meski setiap perusahaan sudah menetapkan jam kerja yang ideal, tetap saja pulang tepat waktu menjadi impian yang sebagian besar pekerja sulit capai.
Dilansir dari laman Mirror, penelitian yang mengaitkan antara waktu bekerja yang panjang dengan kebotakan merupakan hasil yang didapat dari 13.000 pria di Korea Selatan, di mana negara tersebut menjadi tempat yang umum bagi pekerja bekerja melebihi 40 jam waktu kerja setiap pekannya.
Menurut laporan LadBible, stres yang muncul akibat waktu bekerja yang lebih lama dapat menyebabkan perubahan hormon di kulit kepala dan menghambat pertumbuhan folikel rambut. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa stres menyebabkan sistem imun kita dapat menyerang folikel rambut.
Para peneliti di balik studi ini sekarang mendorong para pemilik perusahaan untuk lebih peka dengan jam kerja yang diambil oleh para karyawan mereka. Para peneliti berargumen bahwa, tidak hanya memicu kebotakan, jam kerja panjang juga menyebabkan serangkaian efek samping negatif lainnya.
Ilmuwan dari Sungkyunkwan University School of Medicine di Korea Selatan menggunakan ribuan pria berusia antara 20-59 tahun selama periode empat tahun untuk melakukan riset, tapi tidak menyertakan wanita di dalam studi.
Para pria tersebut dikelompokkan berdasarkan jumlah jam kerja mereka, dan faktor lainnya yang meliputi status pernikahan, gaji, dan perokok juga dijadikan bahan pertimbangan. Peneliti menemukan bahwa ada kaitan signifikan antara waktu bekerja yang lama dengan kebotakan.
"Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa waktu bekerja yang panjang secara signifikan diasosiasikan dengan bertambahnya pertumbuhan alopecia pada pekerja pria," ujar pemimpin penelitian Kyung-Hun Son.
Ia menambahkan, pembatasan waktu bekerja untuk mencegah perkembangan alopecia mungkin lebih dibutuhkan bagi pekerja muda, seperti mereka yang berusia 20-an dan 30-an di mana gejala rambut rontok mulai muncul.