Toilet Jongkok atau Duduk, Mana yang Lebih Sehat?
- Instagram/Toto Indonesia
VIVA – Dalam sehari umumnya manusia melakukan aktivitas Buang Air Besar (BAB) 1-2 kali. Sedangkan untuk aktivitas berkemih biasanya dilakukan 5-6 kali sehari. Kegiatan buang air yang lancar bisa jadi indikasi kesehatan tubuh seseorang. Tak cuma itu, ternyata jenis toilet yang digunakan juga berpengaruh terhadap kesehatan seseorang.
Ada dua jenis toilet, yang umum digunakan di Indonesia, yaitu toilet jongkok, dan toilet duduk. Faktanya, hingga kini soal mana yang lebih baik antara toilet duduk dan jongkok masih diperdebatkan.
Sebetulnya tak ada yang salah antara toilet duduk dan jongkok. Presiden Direktur Surya Toto Indonesia, Hanafi Atmadiredja mengatakan Keduanya memiliki keunggulan masing-masing.
"Banyak pakar medis yang menyebut toilet jongkok lebih sehat karena posisinya membantu keluarnya feses secara alami. Namun bagi beberapa orang seperti lansia, dan orang-orang yang bermasalah sendi akan menyulitkan. Di sisi lain toilet duduk bisa lebih efisien, higienis, dan hemat air," ujarnya beberapa waktu lalu.
Toto Indonesia mengulas plus minus toilet duduk dan jongkok. Berikut ini paparannya.
Toilet Jongkok
Toilet jongkok banyak digunakan saat belum ditemukannya teknologi toilet duduk. Pada masa itu, bahkan
hingga sekarang, beberapa kalangan masyarakat masih memilih menggunakan toilet jongkok.
Secara teori kesehatan dan kajian medis, ternyata ketika melakukan Buang Air Besar dengan posisi jongkok,
dapat memberikan dorongan alamiah dengan lebih baik dan cepat, karena posisi otot dan postur tubuh yang
alamiah dan mendukung ketika jongkok.
Namun, dilihat dari fungsi dan modelnya, sebenarnya toilet jongkok memiliki model dan desain yang lebih kuno
dan kaku, kurang nyaman digunakan, dan bisa menyebabkan keluhan nyeri pada tumit dan paha, serta
membutuhkan keseimbangan tubuh yang baik ketika digunakan supaya aman.
Alhasil, penggunaan toilet jongkok sangat menyulitkan bagi orang yang mengalami gangguan pada pergelangan kaki, penderita radang sendi, keseleo, patah tulang, hingga tendonitis. Secara umum toilet jongkok juga tidak aman untuk digunakan oleh anak-anak, kalangan manula, juga orang dengan obesitas.
Toilet Duduk
Soal higienis juga tak kalah penting saat di toilet. Tahun 2017 WHO menyebut bahwa sanitasi di Indonesia kurang memadai, hanya sebesar 45 persen populasi di Indonesia yang bisa mengakses sistem manajemen pembuangan yang terstandar baik. Salah satunya masalah ketersediaan air. Karenanya toilet duduk sangat membantu dalam hal penghematan air.
Belakangan ini, penggunaan toilet duduk lebih mendominasi di benua Eropa dan Amerika, serta mulai
menjangkau negara-negara Asia, khususnya di negara-negara maju. Peralihan ini disebabkan faktor harga toilet duduk yang sudah semakin terjangkau, namun dinilai lebih praktis dan bersih. Di beberapa negara, kebersihan toilet menjadi tolok ukur keberhasilan dan kesejahteraan sebuah negara.
Desain toilet duduk juga kokoh, ergonomis, dan bisa menunjang postur bagian tubuh manusia lebih optimal dari kaki, pinggang, pinggul dan badan secara keseluruhan dan alamiah ketika hendak melakukan BAB maupun BAK.
Selain itu membasuh kemaluan atau dubur dari kotoran sehabis melakukan pembuangan dapat dilakukan dengan hanya memutar atau menekan tombol, sehingga lebih praktis, bersih, dan kering. Sistem penyiramannya pun sangat mudah, tinggal menarik tuas atau menekan tombol flush (siram atau bilas) dan air akan otomatis keluar. Kedua proses bilas atau siram tersebut dapat dilakukan tanpa mengotori lantai maupun bagian tubuh kita yang lain dengan air, sehingga toilet dan tubuh kita akan selalu kering.
“TOTO berkomitmen memperbaiki sanitasi di Indonesia, baik untuk kebutuhan di rumah maupun sarana publik. Kami berusaha menghadirkan produk sanitasi yang berkualitas,penggunaan produk yang lebih efisien, serta harga yang lebih terjangkau,” ujarnya.