Sulli Depresi Akibat Bully, Kenapa Orang Suka Mencaci di Medsos?

Aktris Korea Sulli
Sumber :
  • instagram @jelly_jilli

VIVA –  Kepergian mantan personnel f(x) Sulli, meninggalkan duka mendalam bagi orang terdekat maupun bagi para penggemarnya. Kejadian ini juga menjadi sebuah contoh bahwa kasus bullying bisa menjadi salah satu pemicu seseorang memiliki masalah kesehatan mental yang bisa berujung pada bunuh diri.

Workshop Makin Cakap Digital, Membentuk Kesadaran Etika Berjejaring bagi Guru dan Murid Sorong Papua

Hal ini pun membuat pemerintah Korea memutuskan untuk mengambil langkah penting demi memberantas cyber bullying. Sembilan anggota Majelis Nasional Korea bahkan akan mengusulkan RUU yang disebut sebagai Sulli Act untuk melawan komentar jahat atau cyber bullying yang marak terjadi di Negeri Ginseng.

Baca Juga: Bikin Melongo, Ada Sepatu Emas Termahal di Dunia Rp281 Miliar

Bukan Cuma Lee Sun Kyun, Ini 4 Sahabat IU yang Meninggal karena Bunuh Diri

Tak hanya itu, Asosiasi Manajemen Hiburan Korea (CEMA) juga telah mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan bahwa mereka berencana untuk mengambil tindakan keras demi memberantas kekerasan cyber. Di balik semua itu, mengapa banyak orang sering sadar atau tidak melakukan bullying di media sosial?

Saat dihubungi oleh VIVA. Pendiri Komunitas Into The Light sekaligus Suicidolog, Benny Prawira, mengamatai mengapa banyak orang gemar melakukan bullying di media sosial lantaran mereka bisa menyembunyikan identitas aslinya. Banyak dari para pembuli yang menggunakan akun palsu untuk membully seseorang.

15 Artis Korea Meninggal karena Bunuh Diri, Terbaru Lee Sun Kyun

"Kedua memang seperti ada kepuasan tersendiri kalau dia berhasil mengkepresikan yang ada di dalam kepalanya, yang ketiga adalah karena bentuknya gadget sehingga kita lupa yang kita hadapi itu bukan tulisan dan gambar tapi manusia," kata Benny.

Hal ini yang menurut Benny masih banyak belum disadari oleh masyarakat luas. Benny melanjutkan, bahwa banyak masyarakat yang masih kerap menganggap remeh perlakuan bullying di media sosial

"Padahal tindakan kita di dunia online sama besarnya kepada orang tersebut bahwa itu bisa menimbulkan emosi yang sama, itu bisa menimbulkan luka-luka yang sama mendalamnya dan lebih tidak terbatas lagi, karena yang namanya gadget itu kan koneksi tanpa batas," ungkap Benny.

Lebih jauh ia mengatakan bahwa perbuatan bully sendiri mesti disadari dan tidak bisa dinormalisasi. Ia melanjutkan, jika perbuatan itu terus dianggap wajar, hal itu akan perlahan mengikis jatidiri orang yang menjadi korban bullying tersebut.

"Komentar yang begitu judgemental  ini akhirnya pelan-pelan mengikis yang tadinya oke santai tapi kalau terus menerus pesan negatif bisa terserap masuk, jadi kalau ada terkait postingan seperti ini langsung repost aja," kata Benny.

Ilustrasi cyberbullying.

Ini Tips Etika Berjejaring untuk Gaya Hidup Digital yang Lebih Baik

Ada beberapa etika pergaulan yang berubah dikarenakan tidak bertatap muka langsung dengan lawan bicara, hal ini bisa mendorong seseorang untuk melakukan cyber bullying.

img_title
VIVA.co.id
16 Juli 2024