Ranitidin Ditarik karena Picu Kanker, Ini Alternatif Penggantinya
- pixabay/pexels
VIVA – Penarikan obat ranitidin oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) RI sempat ramai diperbincangkan beberapa hari lalu. Keputusan ini sendiri diambil setelah sebelumnya dari Badan Kesehatan Amerika, US FDA dan EMA (European Medicines Agency) tentang senyawa ranitidin yang mengandung unsur NDMA pemicu kanker.
Seperti diketahui Ranitidin ialah obat yang sering digunakan untuk gejala penyakit tukak lambung dan tukak usus. Penarikan obat tersebut di pasaran sempat membuat masyarakat yang mengonsumsinya khawatir.
Namun, Ketua Bidang Advokasi Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, dr. Prasetyo Widhi Buwono, SpPD, mengimbau masyarakat untuk tidak perlu khawatir. Prasetyo mengatakan bahwa sebenarnya ada beberapa alternatif obat yang memiliki manfaat yang sama seperti ranitidin.
"Ranitidin itu biasa digunakan untuk tukak lambung tukak usus, gerd dan asam lambung yang naik ke kerongkongan kalau dilihat dari golongannya itu kan H2 blocker itu kerjanya menghambat atau memblok produksi asam lambung," kata Prasetyo saat konferensi pers di BPOM.
Ia menjelaskan semua penyakit hati munculnya karena tingkat asam lambung yang melonjak drastis. Obat lain yang bisa digunakan sebagai alternatif salah satunya ialah famotidin dan juga antasida. Keduanya, lanjut Prasetyo, telah banyak beredar di pasaran.
"Antasida itu untuk menetralkan asam lambung ada sukralfat itu melapisi lambung jadi lambung yang luka tidak terkena asam lambung lagi. Kemudian ada juga obat yang sudah tersebar luas, proton pump inhibitor dia memblok, dia lebih kuat untuk asam lambung contohnya omeprazole dan lansoprazole," ungkap Prasetyo.
Ia menjelaskan bahwa semua obat itu bisa didapatkan di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Selain itu, menurutnya, obat-obatan tersebut juga telah ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
"Satu lagi yang perlu ditekankan bahwa semua maag tadi, tukak lambung tukak usus itu faktor lain berperan juga, untuk mengobati itu menghindari makanan yang merangsang, untuk mengurangi atau menghindari. Kemudian istirahat cukup dan makan tepat waktu, dan yang dilupakan stres, karena menimbulkan hal yang sama," kata dia.