Dokter Jiwa Sebut Orang Baik yang Sering Tersakiti Bisa Jadi 'Joker'
- U-Report
VIVA – Film Joker menghadirkan beragam perspektif. Bukan saja menguak sisi kelam Joker di kota tempat ia tinggal, namun juga kisah menyedihkan masa kecilnya. Hal ini membuat opini bahwa penjahat sebenarnya adalah orang baik yang tersakiti.
Menanggapi kalimat tersebut, dokter spesialis kejiwaan, dr. Heriani, SpKJ(K) menjelaskan bahwa film Joker memang menunjukkan sosoknya yang baik namun tersakiti. Joker berubah menjadi orang jahat karena tubuhnya yang tidak mampu menangani masalah dengan baik.
"Pada dasarnya Joker orang baik cuma karena ditekan terus dan nggak dilatih dengan koping mekanisme yang benar," ujarnya dalam temu media di IMERI FKUI, Jakarta, Rabu 8 Oktober 2019.
Menurutnya, ada beberapa hal yang menyebabkan orang baik lalu berubah menjadi jahat. Salah satunya dengan disakiti terus menerus dan tak ada tempat untuk melampiaskannya.
"Tersakiti dan tidak tahu menghandel masalah dengan baik karena dia nggak pernah dilatih untuk itu. Setiap merasa sedih, ibunya bilang put on a happy face, dia nggak diberi pengetahuan, tidak pernah didengarkan, dia nggak berkembang jadi orang yang kuat," paparnya.
Terlebih, dukungan orang di sekitarnya sangat minim. Khusus di film Joker, ia digambarkan sebagai sosok yang rutin menjalani penanganan untuk kondisi pada gangguan di otaknya.
Ia melanjutkan, ada kemungkinan perilaku Joker terjadi karena kerusakan di lobus frontal otak di mana berfungsi untuk mengendalikan perilaku. Hal ini membuat Joker melakukan tindakan kriminal dan pembunuhan secara brutal.
"Dia nggak jahat tapi misunderstood lalu menjadi jahat dan nggak menyadari. Dia kan lagi sakit dan obatnya di-cut. Juga orang di sekitarnya yang dasarnýa jahat jadi kayak lingkaran setan," terangnya.