Tiba-tiba Tertawa Tak Terkendali Seperti Joker, Waspada Gangguan Ini
- Warner Bros.
VIVA – Film Joker telah resmi tayang di Indonesia sejak 2 Oktober 2019 lalu. Film yang dibintangi oleh Joaquin Phoenix ini menuai banyak pujian berkat aktingnya yang begitu menjiwai sisi terdalam dari seorang Joker.Â
Bagi yang telah menonton film atau trailer-nya, mungkin akan sadar bahwa Arthur Fleck tokoh yang diperankan oleh Joaquin seringkali tertawa secara tiba-tiba. Ia bahkan tertawa pada suatu hal yang dianggap kebanyakan orang tidak lucu. Tidak hanya itu, ia juga kerap tidak bisa mengendalikan ketawanya.Â
Dalam sebuah potongan adegan, ia juga terlihat menyodorkan semacam kartu yang didalamnya berisi permohonan maaf sekaligus penjelasan bahwa dirinya memang memiliki penyakit yang tidak bisa mengontrol tawanya.Â
Tapi, apa sebenarnya yang menimpa Joker hingga ia tidak bisa berhenti tertawa?Â
Meski tidak disebutkan secara jelas penyakit apa yang diderita Joker hingga membuatnya sulit berhenti tertawa, tapi hal itu bisa saja merupakan gangguan yang dikenal dengan Pseudobulbar Affect (PBA). Ini adalah suatu kondisi yang ditandai dengan episode tawa atau tangisan yang tiba-tiba tidak terkendali dan tidak berkaitan sama sekali dengan emosi yang sebenarnya.Â
Dikutip dari laman Mayo Clinic, pseudobulbar Affect biasanya terjadi pada orang dengan kondisi neurologis tertentu atau cedera, yang mungkin mempengaruhi cara otak mengendalikan emosi. Jika memiliki pseudobulbar, kamu akan mengalami emosi secara normal, tetapi terkadang akan mengekspresikannya dengan cara yang berlebihan atau tidak pantas.
Akibatnya, kondisi ini dapat memalukan dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Pseudobulbar Affect sering tidak terdiagnosis atau disalahartikan dengan gangguan mood. Setelah didiagnosis, pengaruh pseudobulbar dapat dikelola dengan obat-obatan.
Tanda utama dari pseudobulbar affect adalah ledakan tangis atau tawa yang tidak terkendali dan berlebihan atau tidak berhubungan dengan keadaan emosi. Tawa sering berubah menjadi air mata. Suasana hati akan tampak normal di antara episode, yang dapat terjadi kapan saja.Â
Tingkat respons emosional yang disebabkan oleh PBA sering mencolok, dengan menangis atau tertawa hingga beberapa menit. Misalnya, kamu mungkin tertawa tak terkendali dalam menanggapi komentar yang agak menghibur. Atau mungkin tertawa atau menangis dalam situasi yang orang lain tidak melihatnya sebagai lucu atau sedih. Respons emosional ini biasanya mewakili perubahan dari bagaimana kamu sebelumnya merespons.
Karena pseudobulbar affect sering melibatkan tangisan, kondisi ini sering disalahartikan sebagai depresi. Namun, episode PBA cenderung durasinya pendek, sementara depresi menyebabkan perasaan sedih yang terus-menerus.
Selain itu, orang-orang dengan PBA sering kekurangan fitur-fitur tertentu dari depresi, seperti gangguan tidur atau kehilangan nafsu makan. Tetapi depresi adalah hal yang biasa di antara mereka yang memiliki pseudobulbar.
Diperkirakan bahwa banyak kasus pseudobulbar affect tidak dilaporkan dan tidak terdiagnosis karena kurangnya kesadaran tentang kondisi tersebut.