Hindari Berjemur Siang Hari Lebih dari 5 Menit

Ilustrasi cuaca panas
Sumber :
  • Pixabay/sasint

VIVA – Paparan sinar matahari merupakan sumber vitamin D terbaik untuk tubuh. Tak sedikit masyarakat yang memilih untuk berjemur lama untuk bisa mendapatkan manfaat tersebut.

Mengapa Jamur Salju Jadi Viral? Temukan 7 Khasiat Luar Biasa untuk Kesehatan

Tapi jangan salah, untuk berjemur tetap harus mengikuti anjuran dari dokter ya. Berjemur terlalu lama malah berakibat fatal pada tubuh, apalagi risiko kanker kulit rentan mengintai.

Hal pertama yang harus dipahami yaitu berjemur yang ideal pada saat pagi hari. Dengan begitu, intensitas terpapar sinar matahari bisa lebih lama dan terserap dengan baik oleh tubuh.

Benarkah Vitamin D Bisa Cegah Tumbuhnya Uban? Begini Penjelasannya

Baca juga: Benarkah Aloe Vera Gel Ampuh Bikin Kulit Glowing? Ini Kata Dokter

"Tetap paling baik saat pagi agar enggak langsung kebakar kulitnya. Matahari keluar, sinar UV sudah ada tapi intensitasnya masih rendah sehingga masih bisa berjemur cukup lama," ujar spesialis kulit dan kelamin RS Pondok Indah-Puri Indah, dr. Susie Rendra, Sp.KK., beberapa waktu lalu.

Bentuk Kaki X Taruna Akpol yang Cekik Perwira Disorot Warganet: Kok Bisa Lolos?

Susie menuturkan, pada dàsarnya sinar matahari terbaik didapatkan di siang hari. Hanya saja, bahaya kulit yang memerah terbakar bisa memberi dampak kurang baik pada lansia. Namun, ia tetap menyarankan agar berjemur di pagi hari.

"Saat pagi, intensitas sinar matahari tidak terlalu tinggi dan infrared (hawa panas dari matahari) masih dikit, jadi 10 menit cukup. Kalau memang tetap ingin siang hari bolong, boleh tapi 5 menit saja," jelasnya.

Susie menegaskan, prinsip berjemur pada lansia harus menghindari terjadi kulit memerah akibat terbakar sinar matahari. Sehingga, jangan berlebihan saat berjemur dan di waktu yang tepat sesuai dengan kekuatan kulit tubuhnya terhadap matahari.

Osteoporosis

2 dari 5 Orang Indonesia Berisiko Osteoporosis, Ini Nutrisi dan Gaya Hidup yang Harus Diperhatikan

Di Indonesia, 2 dari 5 orang berisiko terkena osteoporosis, dengan 41,2 persen orang berusia di bawah 55 tahun sudah mengalami osteopenia atau kepadatan tulang menurun.

img_title
VIVA.co.id
29 Oktober 2024