Anak Elvy Sukaesih yang Ngamuk Idap Skizofrenia, Apa Itu?
- Pixabay
VIVA – Haedar, anak sulung Elvy Sukaesih diketahui menderita skizofrenia. Penyakit yang diderita Haedar mulai terkuak, lantaran pada Kamis malam 12 September 2019, ia membuat onar di sekitar kediamannya di kawasan Cawang, Jakarta Timur.
Haedar ribut karena tidak diperbolehkan berutang rokok di sebuah warung depan rumahnya. Tak terima keinginannya ditolak, Haedar mengamuk dan menodongkan golok ke arah pemilik warung tersebut.
Penyakit Haedar terungkap setelah, Fitria, adik Haedar, mengungkapkan sang kakak sudah lama menderita gangguan jiwa. Lantas, apa itu skizofrenia dan kenapa penyakit ini bisa muncul?
Dilansir dari WebMD, 16 September 2019, skizofrenia merupakan gangguan mental parah yang terjadi dalam jangka panjang. Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami beberapa gejala, seperti halusinasi, kekacauan berpikir, perubahan perilaku, perasaan takut dan paranoia.
Baca juga:Â Ilmuwan Kembangkan Cara Cegah Kerontokan Rambut Akibat Kemoterapi
Meskipun skizofrenia tidak seperti penyakit mental besar lainnya, namun penyakit ini bisa melumpuhkan dan menjadi yang paling kronis. Orang dengan skizofrenia sering mengalami masalah di kehidupan sosial, tempat kerja, sekolah, dan dalam menjalin hubungan.
Penderita skizofrenia merasa ketakutan dan sulit membedakan kenyataan dengan pikirannya sendiri. Penyakit seumur hidup ini tidak bisa disembuhkan, namun bisa dikendalikan dengan perawatan yang tepat.
Skizofrenia bukanlah penyakit kepribadian ganda, seperti mitos yang beredar. Gejala skizofrenia mirip dengan psikosis, sejenis penyakit mental di mana seseorang tidak dapat membedakan kenyataan dengan apa yang dibayangkan. Tingkat keparahan skizofrenia berbeda-beda setiap orang. Gejala skizofrenia bisa memburuk dan membaik, yang dikenal dengan siklus kambuh dan remisi.
Kondisi ini biasanya menunjukkan tanda-tanda pertama pada pria di akhir remaja atau awal usia 20-an. Sedangkan pada wanita, skizofrenia mulai muncul di usia 20 hingga 30-an. Gejala pertama bisa berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu atau bahkan bertahun-tahun.
Gejalanya mungkin akan sulit dikenali karena biasanya tidak ada pemicu spesifik. Orang-orang di sekitarnya mungkin hanya melihat ada perubahan perilaku yang halus, terutama pada remaja.