Klaim Tembus Hollywood Livi Zheng Akibat Narsistik? Ini Kata Psikolog
- istimewa
VIVA – Belum lama ini, sutradara Livi Zheng mendadak jadi perbincangan publik karena klaim-klaim filmnya yang menembus Hollywood. Livi kemudian jadi sosok yang kontroversial karena kredibilitasnya dipertanyakan.
Mengenai kontroversi dirinya, Livi Zheng mengaku sadar akan hal itu. Dalam program Q&A bertema Belaga Hollywood di Metro TV, yang tayang Minggu, 1 September 2019, Livi Zheng dipertemukan dengan sejumlah pelaku industri perfilman Indonesia, salah satunya Joko Anwar.
Terkait klaim tersebut, terjadi perdebatan soal apakah masuk seleksi nominasi Oscar, seperti yang digaungkannya, layak dibanggakan atau tidak. Joko Anwar mengemukakan pandangannya.
"Saya enggak pernah denger namanya tembus masuk seleksi Oscar, itu enggak ada sebenarnya. Yang ada adalah in contention, artinya eligible. Eligible artinya berhak untuk ikut serta Oscar. Eligible artinya memenuhi syarat administrasi, bukan syarat kualitas," kata Joko Anwar.
Hal ini lantas memunculkan satu tanda tanya besar, benarkah narcissistic personality disorder menjadi penyebab Livi Zheng mengklaim karyanya tersebut?
Narsistik secara umum merupakan suatu kondisi di mana seseorang terlalu mencintai dirinya. Khusus pada narcissistic personality disorder, sudah menjurus ke arah kondisi lain yang mana lebih berbahaya.
"Narcissistic personality disorder merugikan orang lain, karena orangnya mau menang sendiri, egois, selalu merasa benar, enggak bisa disalahkan. Dirinya paling hebat dan benar," ujar Psikolog Sani Budiantini Psi., kepada VIVA, Selasa, 3 September 2019.
Tanda paling khas yaitu semua hal di hidupnya berpusat pada kepuasan dan kepentingan dirinya. Bahkan ada kecenderungan menyalahkan orang lain. Tak heran, kondisi ini bisa menyebabkan pengidapnya berhalusinasi.
"Bisa menjadi waham megalomania yaitu kondisi yang menjadikan dirinya orang hebat dan besar walaupun belum tentu," terangnya.
Sani menegaskan, kondisi gangguan kepribadian narsistik harus segera ditangani oleh tenaga profesional agar mencegah bahaya halusinasi tersebut. Apalagi, kondisi tersebut sudah sangat sulit dinasehati oleh orang lain.
"Harus diterapi oleh profesional. Karena kata-kata orang lain sudah tidak mau didengar," ucapnya.