Midsommar Gagal Tayang, Begini Efek Keseringan Nonton Film Horor

Film Midsommar.
Sumber :
  • Rotten Tomatoes

VIVA – Film Midsommar besutan sutradara Ari Aster gagal tayang di Indonesia karena enggak lulus sensor. Penggemar film horor pasti kecewa banget ya, karena film Midsommar jadi salah satu film yang paling ditunggu-tunggu penayangannya.

Shareefa Daanish Berbicara Tentang Pentingnya Kesehatan Mental di Utusan Iblis

Film Midsommar ini gagal tayang karena disebut memuat banyak adegan vulgar, gambar mengerikan, konten seksual yang kuat, penggunaan narkoba dan bahasa-bahasa yang kasar. 

Dengan adanya hal-hal itu, tidak salah jika film ini disebut sebagai film terseram 2019, dan banyak banget yang nunggu. Sensasi nonton film horor emang nagih banget ya. Selain bikin penasaran, nonton film horor itu bikin deg-degan dan ngagetin.

Jadi Kuntilanak di Film Anak Kunti, Nita Gunawan Raih Pujian

Tapi keseringan nonton film horor itu sehat enggak sih? Apalagi banyak adegan sadis, dan konten-konten yang bikin jantungan.

Dilansir laman BuzzFeed, ternyata nonton film horor berdampak pada tubuh kita lho. Semakin seram filmnya, tubuh akan semakin bereaksi.

Erika Carlina Ketempelan Usai Lakoni Adegan Panas di Film 'Pabrik Gula', Badan Menggigil hingga Gemetar

Sebagian orang mungkin punya memori tersendiri soal adegan film horor yang pernah mereka tonton, misalnya hantu di film 'The Ring' yang keluar tiba-tiba dari dalam tv, atau serangan hiu ganas di film ‘Jaws’.

Film horor akan membuat kita spontan berteriak, dan panik meskipun pada kenyataannya kita sadar kalau kondisi itu tidak nyata (tidak dalam bahaya yang sesungguhnya).

Pakar Kardiologi Dr Regis Fernandes dari Arizona, menjabarkan apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh.

"Film horor bisa membuat mekanisme tubuh menjadi 'bingung' saat menonton film horor tubuh akan membaca reaksi 'serang atau tenang' kedua reaksi ini terjadi akibat detak jantung yang lebih cepat," ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan jika secara psikologis manusia dan hewan memiliki reaksi spontan untuk bertahan hidup saat merasa terancam. Film horor mengeluarkan relaksasi seperti tubuh kita dalam bahaya. Respons itu membuat tubuh merasa was-was. (ldp)

"Bahaya itu tidak nyata, tapi pikiraan Anda menciptakan perasaan cemas dan terancam," ujarnya.

Saat dalam ketakutan dan bahaya, tubuh akan mengirimkan pesan ke amigdala, bagian dari otak yang bertanggung jawab atas respons emosi. Amigdala akan mengirimkaan pesan ke hipotalamaus (bagian otak yang memicu adrenalin, untuk tindakan menyerang atau tetap tenang).

Dalam kebingungan itu, akan menciptakan sensasi berbeda pada tekanan jantung, hingga tekanan darah. "Secara esensial kenaikan itu mirip seperti saat sedang berolahraga," ujarnya.

Selain detak jantung yang meningkat, otot tubuh juga merespons dengan sendirinya. Misalnya jemari mencekam selimut, hingga tubuh yang langsung meringkuk karena efek terkejut atau takut.

Namun lebih lanjut ia menyebut, ketakutan dan refleks tubuh saat menonton film horor ternyata tidak mengerikan seperti yang dibayangkan.

"Setelah film usai, tubuh akan kembali relaks seperti biasa. Efeknya mirip selepas Anda olahraga."

Meski demikian, Fernandes menyebut, meksnisme ini tidak termasuk dengan isi konten yang negatif.

"Jika ada adegan sadis, otak akan menangkapnya berbeda. Lama kelamaan otak akan terbiasa dengan adegan kekerasan. Pada anak-anak, akan menganggap perilaku itu adalah biasa."

Gandhi Fernando

Gandhi Fernando Bawa Film Anak Kunti ke 10 Negara

Langkah ini menjadi bukti film Indonesia masih memiliki daya tarik di kancah internasional. Gandhi pun menyampaikan usulan kepada Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon.

img_title
VIVA.co.id
23 Desember 2024