Diderita Seumur Hidup, Kenali 5 Fakta Asma Kulit
- U-Report
VIVA – Dermatitis Atopik (DA) atau disebut juga dengan asma kulit, merupakan kondisi yang bisa menyerang siapa saja di segala usia. Meski begitu, asma kulit ini sering disalahartikan sebagai bentuk alergi.
Tak hanya itu, asma kulit juga disebut-sebut sebagai kondisi yang hanya disebabkan suhu panas saja. Bahkan, banyak yang menganggap bahwa kondisi tersebut sangat mudah menular.
Lantas, apa saja fakta dan mitos terkait asma kulit? Berikut penjelasan detailnya dari dokter spesialis kulit yang berhasil VIVA.co.id rangkum, Kamis 15 Agustus 2019.
1. Detergen bisa memicu asma kulit
Umumnya, faktor risiko yang menyebabkan DA pada lansia dan dewasa yaitu faktor udara panas, sinar matahari, keringat tubuh, debu yang berlebih, bahan pakaian polyester dan wol, jenis kelembapan sabun, stres, pre-menstrual, makanan tertentu, bahan detergen yang digunakan, dan menggunakan sesuatu dari bahan logam imitasi, karet dan plastik.
"Dermatitis kontak pada detergen cenderung memicu kulitnya kering. Detergen itu jenis sabun yang membuat lemah pertahanan lemak di suatu barang, jadi kalau kena kulit tangan, efeknya membuat kulit kering," ujar dr. Anthony Handoko, SpKK, FINDV. Baca juga: 3 Perbedaan Asma Kulit dengan Alergi Biasa pada Anak
2. DA bisa memicu luka
Pada prinsipnya, pasien lansia dan dewasa akan merasakan gejala dan lokasi luka yang sama. Gejala utamanya berupa gatal kronis dengan variasi sampai berat yang menimbulkan ruam dan dapat ditemukan di muka, leher, punggung, tungkai, dan lipatan lengan.
"Hal ini tentunya sangat mengganggu bagi kehidupan sosial karena akan menimbulkan rasa gatal dan tidak nyaman bagi pasien, bahkan dapat menumbuhkan rasa minder karena luka yang ditimbulkan," jelas dr. Ronny Handoko, SpKK.
3. DA bisa diderita seumur hidup
Menurut data World Allergy Organization 2018, prevalensi penderita DA pada anak sebesar 5-30 persen dan pada dewasa sebesar 1-10 persen dari populasi dunia. Menurut penelitian, jika awal timbul di usia 3-11 tahun, maka kemungkinan menderita seumur hidup mencapai angka prevalensinya 20 persen.
4. DA tidak menular
DA merupakan penyakit kulit yang diturunkan secara herediter sehingga sebaiknya tidak memakai terminologi 'sembuh', melainkan 'terkontrol'. Sehingga, penyakit ini bukan hal yang menular.
"Pencegahannya hanya dengan tidak menikah dengan pengidap DA. Karena ini hal yang diturunkan secara genetik," ujar dokter Ronny.
5. Penanganan pertama pada anak
Rasa gatal menjadi gejala DA yang berbahaya, khususnya pada anak. Karena tanpa sadar, mereka akan menggaruknya hingga luka.
"Langkah pertama penanganannya yaitu beri bedak yang mengandung mentol agar mencegah gatal terlalu lama. Tapi balik lagi, bila memang gatal seperti itu, segera konsul ke dokter kulit," ujar dokter Anthony. (nsa)