Sulit Kentut Berhari-hari Bisa Jadi Gejala Tumor
- U-Report
VIVA – Kentut di tengah keramaian, seringkali membuat orang di sekitarnya merasa tak nyaman. Apalagi jika menimbulkan bau yang kurang sedap.
Padahal kentut ternyata bagian dari proses alami tubuh untuk mengeluarkan gas dalam perut. Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, FACG menjelaskan kentut atau flatus adalah sesuatu yang dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk gas. Normalnya kentut dikeluarkan sebanyak 12 kali dalam sehari.
Meski dianggap aib, kentut justru baik bagi kesehatan pencernaan dan bisa menjadi pertanda gejala sebuah penyakit pencernaan. Hal ini dibenarkan oleh dr. Ari dalam program Ayo Hidup Sehat (AHS) Plus di tvOne, Jumat 9 Agustus 2019.
Dia menjelaskan jika satu waktu seseorang tidak bisa kentut, tidak bisa buang air besar itu bisa saja sedang terjadi sumbatan di usus.
“Mungkin kita ada riwayat pernah operasi di usus kita sebelumnya sehingga terjadi perlengketan. Pada saat terjadi perlengketan bisa saja suatu waktu gas atau kotoran tidak keluar. Atau ada sumbatan misalnya tumor bisa susah kentut dan buang air besar berhari-hari,” kata dia.
Dalam paparannya pada program Ayo Hidup Sehat Plus siang ini dia juga meluruskan beberapa asumsi yang ada di masyarakat. Salah satunya adalah asumsi menahan kentut dapat membuat seseorang malah sulit kentut.
Hal ini dibantahnya lantaran, tidak masalah jika seseorang menahan kentut. Tetapi biasanya, kata dia menahan kentut bisa membuat seseorang kurang nyaman seperti kembung. Hal ini lantaran adanya gas yang tertahan di dalam usus.
Dia juga membantah bahwa kurang mengonsumsi makanan yang berserat dapat membuat seseorang sulit untuk kentut. Dr. Ari menjelaskan dampak umum yang terjadi pada seseorang yang kurang serat adalah sulit untuk buang air besar.
Dalam program AHS tersebut, dr. Ari juga menjelaskan beberapa faktor-faktor yang memengaruhi kentut seseorang. Mulai dari mengonsumsi makanan tertentu seperti ubi, kol dan sawi.
Mengonsumsi ketiga jenis makanan tersebut diakui dr. Ari dapat membuat frekuensi kentut seseorang. Hal ini lantaran ketika mengonsumsi makanan tersebut usus memproduksi gas berlebih. Selain itu, stres juga dapat memengaruhi frekuensi kentut seseorang.
“Fakta tingkat stres tinggi sering kentut ada hubungan otak dan pencernaan mengiritasi usus yang sensitif. Di sisi lain, sering kentut atau susah bab. Ada hubungannya dengan stres dan pencernaan,” kata dia. (ldp)