Kualitas Udara Jakarta Buruk, Awas Bikin Sperma Loyo
- Pixabay
VIVA – Kualitas udara Jakarta kembali menjadi yang terburuk di dunia pada Senin, 29 Juli 2019. Hal ini terungkap dari situs Air Visual yang menyatakan bahwa Air Quality Index (AQI) Jakarta berada di angka 188 pada pukul 06.00 WIB.
Ini artinya kualitas udara di Jakarta sangatlah tidak sehat. AQI ini sendiri bukanlah hal tetap, melainkan dapat berubah setiap saat. Seperti diketahui, polusi udara sendiri memang berdampak buruk pada kesehatan, terutama pada paru-paru dan pernapasan.
Tidak hanya itu, sebuah penelitian juga pernah mengungkap bahwa tingkat polusi udara yang tinggi dikaitkan dengan kualitas sperma yang buruk dan sebagian bertanggung jawab atas penurunan tajam dalam kesuburan pria.
Studi itu dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Cina Hong Kong, yang mempelajari sperma dari hampir 6.500 pria. Mereka menemukan hubungan yang kuat antara tingkat tinggi polusi udara partikel halus dan bentuk sperma abnormal.
Laporan yang diterbitkan dalam jurnal Occupational & Environmental Medicine mengatakan bahwa, meskipun efeknya relatif kecil dalam hal klinis, namun tetap dapat menyebabkan infertilitas untuk sejumlah besar pasangan. Hal ini tentu mengkhawatirkan mengingat kondisi polusi udara di Jakarta.
“Kami menemukan hubungan yang kuat antara paparan polusi udara PM2.5 dan persentase rendah morfologi sperma normal pada pria usia reproduksi,” tulis para peneliti.
Meskipun perkiraan efeknya kecil dan signifikan dapat diabaikan dalam pengaturan klinis, ini merupakan tantangan kesehatan masyarakat yang penting. Jumlah sperma di antara pria telah berkurang lebih dari setengahnya dalam 40 tahun terakhir meskipun para ilmuwan tidak yakin tentang penyebabnya.
Profesor andrologi di University of Sheffield, Allan Pacey, menyambut baik laporan itu. Namun meskipun temuan itu tampak cukup menarik penilaian, ukuran dan bentuk sperma (morfologi sperma) adalah salah satu tes paling sulit untuk dilakukan pada sperma dan karenanya bisa kurang akurat.
Para peneliti sendiri mengakui bahwa ini adalah penelitian observasional, sehingga tidak ada kesimpulan yang dapat diambil tentang sebab dan akibat. Mereka juga mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui informasi tentang masalah kesuburan sebelumnya dari peserta yang terlibat.
Tapi Pacey mengatakan itu adalah kontribusi penting untuk mengembangkan pemahaman tentang penyebab potensial infertilitas pria.
“Dari penelitian ini dan penelitian lain, saya tetap berpendapat bahwa polusi udara mungkin memang berpotensi memengaruhi kesehatan reproduksi pria secara negatif," katanya. (ase)