Indonesia Gandeng Jepang Hadirkan Teknologi untuk Cegah Penyakit
- pixabay
VIVA – Indonesia dan Jepang kembali berkolaborasi dalam seminar medis yang diselenggarakan oleh Japan-Indonesia Medical Collaboration Association (JIMCA). Seminar kedua di Jakarta ini mengusung tema radiografi dan teknologi AI (artificial intelligence).
Ketua JIMCA Satoshi Kusuda menjelaskan, dipilihnya tema radiografi dan teknologi AI karena minat akan pencegahan kesehatan yang semakin meningkat.
"Seiring dengan meningkatnya minat masyarakat Indonesia terhadap kesehatan dari tahun ke tahun, semakin
banyak yang tertarik dengan pencegahan medis daripada pengobatan. Menurut kami, pengetahuan dan teknologi pemeriksaan kesehatan Jepang yang berkualitas tinggi adalah yang dibutuhkan masyarakat Indonesia saat ini dalam menjaga kesehatan," ujar Satoshi dalam temu media JIMCA di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Selasa 23 Juli 2019.
Dalam seminar medis ini, terdapat paparan dari profesor serta tenaga medis akan pentingnya pencegahan dengan diagnosis tepat di awal. Seperti pada kasus kanker, di mana jika dideteksi sejak dini maka peluang kesembuhannya lebih besar.
"Kita sudah kolaborasi bagaimana meningkatkan knowledge untuk Human Resource di bidang radiologi teknologi. Dengan bertambahnya pasien kanker, dibutuhkan radioterapi dengan teknologi yang berbasis 4.0," ujar Head of PT. Pertamedika – IHC, dr. Fathema Djan Rachmat SpB, SpBKTV(K) di kesempatan yang sama.
Menurutnya, kerja sama antar Indonesia dan Jepang dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan serta keakuratan dalam mendiagnosis suatu penyakit. Tentunya hal ini bertujuan agar tercapainya ketahanan kesehatan yang lebih baik.
"Akurasi tepat maka akan lebih tepat diagnostiknya. Maka treatment lebih baik dan akhirnya tingkat kesembuhan lebih baik," ungkapnya.
Meski begitu, Fathema menepis adanya anggapan bahwa peran teknologi menggantikan jasa para tenaga medis. Menurutnya, kedua hal ini bisa saling berdampingan dan membawa kesejahteraan yang semakin meningkat.
"Teknologi bantu dokter agar lebih akurat. Teknologi dukung dokter untuk capai kualitas lebih baik tapi tetap diiringi pengetahuan yang semakin tinggi juga," paparnya.(nsa)