Harapan Hidup Pasien Kanker Meningkat 40 Tahun Terakhir
- U-Report
VIVA – Kanker menjadi salah satu penyakit yang paling banyak diderita masyarakat Indonesia. Angkanya pun terus meningkat tiap tahun. Pada 2018, diperkirakan ada hampir 350 ribu kasus kanker baru dalam satu tahun.Â
Kanker payudara menempati urutan pertama jumlah penderita kanker terbanyak, yakni 58 ribu kasus. Kemudian diikuti oleh kanker serviks, paru, dan usus besar.
Dahulu, orang masih beranggapan bahwa kanker tidak mungkin sembuh. Namun, dalam 40 tahun terakhir di Amerika dan Eropa, kesembuhan banyak jenis kanker meningkat tajam. Di Inggris, pasien yang didiagnosa kanker payudara saat ini memiliki harapan hidup 10 tahun sebanyak 80 persen.
"Artinya, dari 100 orang pasien kanker payudara 80 di antaranya masih bisa hidup 10 tahun atau lebih, dibanding tahun 1970-an yang harapannya masih 40 persen," kata ahli penyakit dalam dan onkologi medik dr. Ronald A. Hukom, MHSc, SpPD-KHOM, FINASIM dalam acara media briefing 'Penatalaksanaan Kanker di Era BPJS' di Hong Kong Cafe, Jakarta, Senin 15 Juli 2019.
Sementara, penderita kanker prostat kini punya harapan hidup lebih panjang sebanyak 84 persen, bila dibandingkan tahun 1970 dan 1971 yang hanya 40 persen. Sayangnya, di Indonesia masih banyak yang datang sudah stadium lanjut.
Meski demikian, Ronald menyebut, sudah ada program penanggulangan di beberapa negara yang mendapatkan hasil baik. Jika sebelumnya kanker stadium empat dianggap tidak mungkin bertahan 1-2 tahun. Namun, sebuah studi menemukan bahwa kanker payudara dengan dua obat saja bisa bertahan lebih dari 40 bulan. Jika menggunakan tiga obat bisa bertahan lebih dari 56 bulan.
"Di Indonesia, masalahnya datang sudah stadium lanjut jadi kemungkinan sembuh kecil dan perlu obat sangat mahal. Selain itu, Kemenkes dan BPJS belum memiliki sistem pengawasan yang menjamin mutu pelayanan yang diterima pasien," lanjut Ronald.
Sejak tahun 2007, Kementerian Kesehatan menyebut bahwa pengendalian penyakit kanker difokuskan pada pencegahan. Namun kenyataannya, hasilnya belum memuaskan. Ronald mengungkapkan, di Rumah Sakit Dharmais, dari 15 tahun yang lalu hingga hari ini, sebagian besar pasien datang sudah stadium lanjut. Ini menunjukkan bahwa program pencegahan dan deteksi dini belum sesuai harapan. (rna)