Bahaya Anak Perokok Pasif, Kemampuan Akademik Buruk hingga Kematian
- U-Report
VIVA – Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia karena kanker paru. Meski begitu, juru bicara Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) tersebut diketahui memiliki gaya hidup sehat termasuk tidak merokok, namun kerap menjadi perokok pasif.
Dikutip VIVA dari siaran pers Alodokter, Jumat, 12 Juli 2019, saat seseorang merokok, sebagian besar asapnya tidak masuk ke paru-paru perokok. Namun, sebagian besar asap rokok dilepaskan ke udara, sehingga asap dapat dihirup oleh perokok pasif.
Meski tidak secara langsung merokok, perokok pasif bisa turut terkena dampak buruknya juga. Ketika dihembuskan oleh perokok, asap rokok tidak hilang begitu saja. Asap rokok dapat bertahan di udara hingga 2,5 jam.
Anak-anak yang menghirup asap rokok lebih berisiko terserang kondisi seperti asma, pilek, infeksi telinga dan sistem pernapasan seperti pneumonia dan bronchitis, alergi, meningitis, batuk, infeksi telinga tengah yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran, sindrom kematian bayi mendadak.
Bukan hanya kesehatan anak perokok pasif yang terganggu, kemampuan akademik anak juga lebih rendah dibandingkan anak yang tidak terpapar asap rokok. Selain itu, anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang merokok cenderung menjadi perokok saat mereka besar nanti.
Pada wanita hamil yang dalam masa kehamilannya terpapar asap rokok berisiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi seperti keguguran, bayi lahir mati, dan bayi dengan berat badan di bawah rata-rata. Senantiasa menghirup asap rokok secara pasif juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terserang kanker paru-paru sebanyak 25 persen.
Selain itu, perokok pasif juga meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner dapat menyebabkan serangan jantung, nyeri dada, dan gagal jantung. Asap rokok yang dihirup juga dapat menyebabkan adanya pengerasan arteri, atau yang disebut dengan aterosklerosis. (rna)