Penis yang Disunat Pengaruhi Nikmatnya Seks, Mitos atau Fakta?
- Pixabay/pexels
VIVA – Meski manfaat dari sunat bagi kesehatan telah banyak diakui, masih ada saja perdebatan yang membandingkan penis yang disunat dan tidak disunat, terutama dalam hal seksual. Sebagian menganggap bahwa penis yang disunat lebih mampu meningkatkan gairah seksual. Lantas, bagaimana faktanya?
Sebelum lebih jauh, perbedaan utama antara penis yang disunat dan yang tidak disunat adalah adanya kulup di sekitar kepala penis. Meskipun benar-benar tergantung pada pendapat masing-masing orang, namun keberadaan kulup penis memang memiliki dampak kesehatan.
Penis yang tidak disunat membutuhkan perhatian ekstra terhadap kebersihan. Jika tidak membersihkan secara teratur, kulup penis akan menyimpan bakteri akibat menumpuknya sel kulit mati, sisa urine hingga feses semen dan sperma (bagi yang telah aktif secara seksual) akan menumpuk.
Kondisi tersebut akan membuat penis berbau hingga mengeluarkan lendir akibat peradangan (balanitis) hingga kesulitan menarik kulup (phimosis). Kedua kondisi tersebut tentunya memerlukan perhatian medis lebih serius.
Sementara mereka yang telah disunat tidak membutuhkan perhatian ekstra untuk membersihkannya, hanya saja pastikan mencucinya secara teratur saat mandi dan ketika buang air kecil.
Lalu apakah itu memengaruhi sensitivitas seksual?
DIlansir Healthline, sebuah studi tahun 2016 menemukan bahwa untuk penis yang tidak disunat, kulup adalah bagian dari penis yang paling sensitif terhadap rangsangan dengan sentuhan. Namun, penelitian ini mengklarifikasi bahwa ini tidak berarti bahwa pengalaman kesenangan selama berhubungan seks akan berbeda jika seorang disunat atau tidak .
Untuk penis yang disunat, sebuah studi 2011 mengklaim bahwa pria dengan penis yang disunat melaporkan kesulitan orgasme. Tetapi sebuah respons pada 2012 untuk penelitian ini menyebut klaim ini dipertanyakan.
Para penulis menunjukkan bahwa penelitian 2011 tidak menunjukkan hubungan langsung antara sunat dan kepuasan seksual. Mereka juga menyoroti beberapa faktor yang dapat memengaruhi hasil penelitian.
Meski demikian banyak bukti menunjukkan bahwa penis yang tidak disunat meningkatkan risiko terkena infeksi saluran kemih (ISK), sebagian besar pada tahun pertama kehidupan. Penumpukan feses semen juga dapat meningkatkan risiko infeksi yang mengarah pada phimosis dan balanitis. Mempraktikkan kebersihan yang baik dapat membantu mencegah infeksi ini.
Sementara itu, pria yang disunat mungkin akan mengurang sumber risiko tertular beberapa infeksi menular seksual (IMS) seperti herpes genital. Mereka juga 50 hingga 60 persen dan kecil kemungkinannya untuk tertular human immunodeficiency virus (HIV) dari pasangan perempuan. (ren)