Orgasme Tak Terkendali Pada Wanita Ternyata Menyakitkan

Ilustrasi gairah seksual/bercinta.
Sumber :
  • Stocksnap

VIVA – Banyak wanita seringkali kesulitan mendapatkan orgasme. Tapi sebagian lainnya justru mengalami orgasme yang tidak terkendali. Hal ini mungkin terdengar seperti sebuah berkah, tapi kenyataannya justru sebaliknya.

Dokter Boyke Beri Tips Jitu: Kembalikan Gairah Pasca Melahirkan, Suami Pasti Senang!

Seperti dilansir dari Health24, Orgasme  tidak terkendali — atau nama medis sebenarnya, gangguan rangsangan genital persisten (PGAD) —adalah kondisi yang menggambarkan ketika seorang wanita mengalami rangsangan genital tanpa stimulasi seksual atau genital, menurut The International Society of Sexual Medicine (ISSM).

PGAD sama sekali tidak menyenangkan. Orgasme ini seringkali bahkan bukan jenis yang memuaskan.  Tidak hanya menyakitkan, menurut seorang ginekolog kebidanan dan pendiri Her Viewpoint, WH, Dr Jessica Shepherd, hal ini juga membuat wanita merasa di ambang orgasme lain tanpa bantuan.

Malem Jumat Nih! dr Boyke Ungkap Cara Bikin Orgasme Maksimal hingga Bikin Istri Mabuk Kepayang

Terlebih lagi, orgasme yang tidak terkendali hanyalah satu bagian dari gangguan tersebut. Gejala lain termasuk kesemutan di klitoris; iritasi genital, nyeri, tekanan, dan berdenyut; peningkatan aliran darah ke alat kelamin;  dan kontraksi vagina. Semua ini dapat berlangsung berjam-jam atau bahkan berhari-hari pada suatu waktu. Hal ini membuat wanita dengan PGAD sulit hidup normal.

Dr. Shepherd menjelaskan, bahwa tidak ada data persis berapa banyak wanita menderita kondisi itu. Hal ini karena banyak yang terlalu malu untuk membicarakannya. Faktanya, PGAD adalah hal yang umum bagi wanita saat  merasa cemas dan tertekan karena gejalanya.

Terpopuler: Soal Kanker Penis hingga Biar Istri Tidak Orgasme Palsu

Jadi apa yang menyebabkan orgasme yang tidak terkendali?

Menurut Dr. Shepherd, orgasme yang tidak terkendali sepenuhnya tidak berhubungan dengan hasrat seksual. Ia menegaskan bahwa PGAD tidak sama dengan hiperseksualitas. Ini adalah gangguan rasa sakit, dan itu perbedaan penting yang harus digarisbawahi.

Karena itu, dokter dan peneliti tidak sepenuhnya yakin apa yang menyebabkan kondisi tersebut.  Tetapi para ahli berpikir bahwa, setidaknya untuk beberapa wanita, PGAD mungkin dipicu oleh stres, atau perubahan neurologis atau vaskular.

Beberapa studi kecil juga telah melihat hubungan antara perubahan hormon yang diinduksi oleh obat dan PGAD, serta hubungan potensial dengan sindrom kaki gelisah dan kandung kemih yang terlalu aktif dan kista Tarlov pada tulang belakang. Tetapi sekali lagi, temuan ini didasarkan pada populasi kecil.

 "Ada juga penelitian tentang bagaimana PGAD dapat berkembang di samping gangguan nyeri panggul lainnya seperti endometriosis, sistitis interstitial, dan vulvodynia," kata Dr. Shepherd.

Tidak ada obat yang diketahui untuk PGAD. Tetapi gejalanya dapat dikelola dengan berbagai cara. Karena stres dapat menjadi penyebab, terapi perilaku kognitif sangat membantu bagi sebagian wanita.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya