Hati-hati Konsumsi Kolak Saat Berbuka Puasa
- Dok. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia
VIVA – Kolak adalah makanan asal Indonesia. Berbahan dasar pisang atau ubi jalar yang direbus dengan santan dan gula aren. Makanan berkuah santan ini umumnya banyak dinikmati saat bulan Ramadan sebagai menu berbuka. Kandungan gula pada kolak disebut bisa mengembalikan energi setelah berpuasa. Namun, selain menambah energi, kolak ternyata tidak boleh dikonsumsi sembarangan.
Menurut dr. Verawati Soedarma Sp.GK, penderita diabetes wajib berhati-hati saat mengonsumsi kolak. Ia mengatakan bahwa satu mangkuk kolak mengandung 40-150 persen gula. Baik itu dari gula merah, aren atau putih.
"Jadi semangkuk kolak mengandung sekitar 20 gram gula. Tentu saja ini sangat berpengaruh pada rekomendasi asupan gula sehari, di mana wanita disarankan mengonsumsi 25 gram gula dan pria sebanyak 36 gram gula dalam sehari," ujarnya dalam tayangan Ayo Hidup Sehat, Jumat, 3 Mei 2019.
Ia juga menekankan bahaya konsumsi gula berlebih, karena akan menyebabkan kandungan gula dalam darah menjadi tinggi. "Ini akan menyebabkan seseorang rawan terhadap risiko diabetes. Penderita diabetes juga gula darahnya cenderung akan meningkat setelah konsumsi kolak," ucap Verawati.
Verawati lantas memberikan beberapa saran agar Anda bisa tetap mengonsumsi kolak, namun dengan batasan kesehatan tertentu. Salah satunya adalah ingat bahwa dalam satu mangkuk kolak mengandung 200 kalori. Apalagi kolak juga disertai dengan santan. Untuk itu, kolak harus menjadi menu selingan dan konsumsinya tidak bersamaan dengan makan besar.
"Untuk penderita diabetes sebaiknya tidak mengonsumsi kuahnya karena mengandung gula yang tinggi. Anda juga bisa menambahkan jeli atau agar-agar yang merupakan tambahan asupan serat," tutupnya. (ldp)