Kenali Risiko Hipoglikemia pada Penderita Diabetes Melitus

Ilustrasi cek gula darah.
Sumber :
  • Pexels

VIVA – Jelang bulan Ramadan yang akan datang hanya dalam hitungan hari lagi, penderita diabetes melitus harus lebih memperhatikan kesehatan mereka mengingat pola makan juga akan berubah selama bulan Ramadan.

Terpopuler: Pesona Titiek Soeharto hingga Tanda Gangguan NPD

Terlebih berdasar studi yang dilakukan di 13 negara dengan populasi muslim cukup besar termasuk Indonesia, riset Epidemiology of Diabetes and Ramadan 1422/2001 (EPIDIAR) menemukan bahwa risiko pasien Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) terkena hipoglikemia meningkat hingga 7,5 kali lipat dibanding bulan lainnya.

Risiko penderita diabetes menderita hipoglikemia sendiri umumnya terjadi pada pasien usia lanjut dengan gejala tidak jelas karena gangguan saraf atau faktor usia. Atau ada pasien diabetes melitus dengan penyakit penyerta, seperti penyakit ginjal, malnutrisi, penyakit pembuluh darah kronik, kelainan saraf tepi serta penyakit hati.

Marshanda Lakukan Hal Ini Hingga Berhasil Turunkan Berat Badan Sampai 20 Kg

Atau bisa juga karena faktor lainnya seperti penderita diabetes yang memiliki kebiasaan makan tidak teratur, perubahan aktivitas fisik serta konsumsi alkohol berat.

Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Prof. Dr.dr. Ketut Suastika,SPPD-KEMD, mengatakan bahwa meski berisiko terkena hipoglikemia, pada penderita diabetes melitus sendiri masih dibagi dalam tiga kelompok, di mana masing-masing kelompok menunjukkan tingkat bahaya seseorang dengan diabetes melitus menjalankan ibadah puasa. Berikut penjelasannya.

Ditanya Soal Kunci Berat Badan Ideal, Michelle Ziudith Jawab Puasa dan Salat

1. Risiko sangat tinggi

Orang dengan risiko tinggi yaitu mereka yang tidak diperbolehkan puasa, adalah penderita diabetes melitus tipe 1 (DMT1) dengan kendali buruk sebelum Ramadan (HbA1c>9). Pasien yang memiliki riwayat hipoglikemia berat dan berulang dalam tiga bulan terakhir, ketoasidosis selama tiga bulan terakhir, koma hiperosmolar selama tiga bulan terakhir, menderita penyakit akut, mengalami komplikasi makrovaskuler dan ginjal lanjut (dalam dialisys stadium 4 hingga 5), gangguan kognitif atau epilepsi, serta wanita hamil dengan terapi insulin.

2. Risiko tinggi

Mereka yang masuk kategori ini disarankan sebaiknya tidak berpuasa, yaitu penderita diabetes melitus tipe 2 (DMT2) terkendali buruk, DMT2 yang menggunakan insulin dengan suntikan multiple atau insulin campuran, DMT2 hamil dengan diet saja, penderita dengan penyakit ginjal kronik stadium 3 atau komplikasi makrovaskuler, pekerja fisik berat serta DMT1 terkendali baik.

 3.Risiko sedang atau rendah

Dalam kelompok yang diperbolehkan puasa ini adalah mereka yang menderita diabetes melitus namun terkendali dengan baik, diterapi hanya dengan pola hidup atau dengan metformin, acarbose, terapi inkretin, Sulfonilurea generasi kedua, penghambat SGLT, TZD atau insulin basal, atau individu sehat.

"Bagi penderita diabetes yang akan puasa Ramadan sebaiknya konsultasi dengan dokter untuk menentukan pembagian risiko kelompok, apakah boleh berpuasa dengan modifikasi atau bebas puasa. Kalau ya (puasa) bagaimana mengatur pola hidup (pola makan dan latihan fisik) dan obat-obatan yang dikonsumsi agar terhindar dari bahaya hipoglikemia,"ujarnya dalam jumpa pers Waspada Hipoglikemia Saat Puasa, di Double Tree by Hilton Hotel, Cikini, Jakarta Pusat, 26 April 2019. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya