Hati-hati, Ibu Hamil Sering Kerja Malam Berisiko Keguguran
- Pixabay/Pexels
VIVA – Tuntutan pekerjaan, kadang mengharuskan seorang untuk bekerja malam, tak terkecuali wanita hamil. Namun, sebuah studi Eropa menemukan bahwa wanita hamil yang bekerja setidaknya dua shift malam dalam sepekan, dapat meningkatkan risiko keguguran dalam tujuh hari ke depan.
Para peneliti Denmark yang dipimpin oleh Dr Luise Moelenberg Begtrup dari Departemen Kedokteran Kerja dan Lingkungan di Bispebjerg dan Rumah Sakit Frederiksberg di Kopenhagen, menganalisis data pada hampir 23 ribu wanita hamil. Mereka mempelajari bagaimana kerja malam hari dapat memengaruhi kemungkinan keguguran antara minggu keempat dan ke-22 kehamilan.
Setelah minggu kedelapan, seperti dikutip dari Health24, wanita yang telah bekerja dua shift malam atau lebih pada pekan sebelumnya memiliki risiko keguguran 32 persen lebih tinggi daripada mereka yang tidak bekerja di malam hari. Risiko ini meningkat seiring bertambahnya jumlah shift malam berturut-turut.
Penelitian ini dipublikasikan secara online di jurnal Occupational & Environmental Medicine. Para peneliti mengatakan bahwa paparan cahaya di malam hari mengganggu jam tubuh wanita dan mengurangi pelepasan melatonin.
Seperti diketahui, melatonin telah terbukti memainkan peran penting dalam keberhasilan kehamilan, yakni dengan mempertahankan fungsi plasenta. Namun, peneliti mengatakan bahwa studi ini memiliki keterbatasan.
Hal tersebut karena ini adalah penelitian observasional, sehingga tidak dapat membuktikan kerja dengan shift malam menyebabkan peningkatan risiko keguguran. Selain itu, data tentang keguguran, terutama yang awal tidak lengkap.
Kendati demikian, 14 persen wanita Eropa diketahui bekerja sekali dalam sebulan pada malam hari. Karena itu, menurut penulis, temuan ini dinilai penting bagi calon ibu bekerja, atasan mereka, dokter dan bidan. (ase)