Mengenal Nervous Breakdown, Kondisi yang Mengancam Kesehatan Mental

Ilustrasi stres.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Istilah nervous breakdown kerap digunakan untuk menggambarkan situasi penuh tekanan yang mengganggu kegiatan sehari-hari. Orang yang merasakan gejala nervous breakdown umumnya berada di bawah tekanan emosional yang sulit. Demikian dilansir dari Your Tango, Kamis, 11 April 2019.

Nyaru Sama Cemas dan Panik! Waspada Jantung Berdebar Bisa Jadi Pertanda Aritmia, Apa Bahayanya?

Istilah ini juga digunakan untuk menggambarkan gangguan kesehatan mental, tekanan dan kecemasan. Istilah ini tidak digunakan oleh dokter atau profesional kesehatan saat ini. Bukan karena itu bukan istilah medis, tapi lebih sering digunakan oleh penderita untuk menggambarkan perasaan kehilangan kendali, kesedihan emosional, merasa putus asa dan depresi.

Nervous breakdown paling banyak terjadi saat individu mengalami stres yang berat. Ada beberapa perubahan dalam kehidupan individu yang tidak bisa disesuaikan, tantangan yang tidak bisa dinegosiasikan, atau biasanya ada permintaan yang berat secara emosi dan fisik bagi individu.

Selain Menurunkan Berat Badan, Ini Dia 7 Manfaat Aerobik bagi Kesehatan Tubuh

Dan seperti disebut sebelumnya, istilah ini tidak digunakan untuk menggambarkan sakit jiwa tertentu atau kondisi kesehatan jiwa. Orang biasanya menggambarkan perasaan ini sebagai cara untuk menggambarkan tekanan emosi. Gangguan stres traumatik, depresi, kecemasan yang membutuhkan perhatian medis juga termasuk di dalamnya.

Tanda-tanda seseorang mengalami nervous breakdown adalah perasaan sedih berlebih atau gejala depresi lain, merasa putus asa dan tidak berdaya, menghindari hal yang menyenangkan seperti pergi dengan teman atau keluarga atau melupakan janji, izin sakit selama beberapa hari atau lebih, perubahan pola makan dan tidur, perubahan mood yang ekstrem, merasa kehilangan kendali, serangan panik, paranoia, halusinasi dan memikirkan bunuh diri.

Alami Borderline Personality Disorder, Ariel Tatum Akui Baru Merasakan Hidupnya 3 Tahun Terakhir Ini
Ilustrasi stres, pusing, putus asa, depresi

Prevalensi Depresi di Indonesia Paling Tinggi di Kelompok Anak Muda, Atasi dengan Cara Ini

Di Indonesia, prevalensi depresi pada tahun 2023 sebesar 1,4 persen. Prevalensi depresi paling tinggi ada pada kelompok anak muda (15-24 tahun), yaitu sebesar 2 persen.

img_title
VIVA.co.id
25 Februari 2025