Alami Kekerasan Sejak Kecil Picu Anak Idap Migrain saat Dewasa
- Pixabay
VIVA – Trauma yang dialami anak-anak tak hanya berdampak pada depresi, melainkan juga bisa memicu migrain di kemudian hari. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama migrain adalah trauma masa kecil akibat kekerasan emosi yang dialami.
Menurut Migraine Research Foundation, berbeda dengan kepercayaan populer, migrain bukan hanya sakit kepala. Ini adalah inkapasitasi kumpulan gejala neurologi yang biasanya termasuk sakit berdenyut yang berulang dan lama di satu sisi kepala. Dan sepertiga serangan migrain, kedua sisi juga terpengaruh.
"Serangan terjadi antara 4 hingga 72 jam dan sering disertai satu atau lebih gejala ketidakmampuan seperti gangguan visual, mual, muntah, pusing, sangat sensitif pada suara, cahaya, sentuhan dan aroma, serta mati rasa atau geli di wajah atau kaki dan tangan. Tentu semua orang akan berbeda, dan gejalanya juga bervariasi setiap kali terjadi serangan," tulis Migraine Research Foundation dilansir laman yourtango.
Meski penyebabnya tidak bisa diketahui secara jelas, sebuah studi yang dilakukan American Academy of Neurology (AAN) menyatakan bahwa anak-anak yang mengalami kekerasan emosional akan mungkin lebih sering mengalami migrain ketika sudah dewasa.
Temuan ini juga menyebutkan adanya kaitan antara migrain dan kekerasan sebagai hal yang lebih kuat bagi mereka yang mengalami kekerasan emosional dibanding mereka yang mengalami kekerasan fisik atau seksual.
"Kekerasan emosi menunjukkan kaitan yang paling kuat untuk meningkatkan risiko migrain," kata peneliti dan penulis Dr.Gretchen Tietjen, dari University of Toledo di Ohio, kemudian mengatakan bahwa kekerasan di masa kecil bisa berdampak jangka panjang pada kesehatan dan kebahagiaan.
Lebih lanjut yang dimaksud kekerasan fisik seperti dipukul, ditonjok, ditendang, didorong ke bawah, ke tembok, atau tangga, sementara kekerasan seksual meliputi paksaan disentuh atau hubungan seksual.
Penelitian tersebut menemukan bahwa dari 14.484 partisipan dewasa muda, dengan rentang usia antara 24 hingga 32 tahun, hampir 14 persen di diagnosis migrain, dan sekitar 47 persen dilaporkan mengalami kekerasan emosional saat kecil. 18 persen dilaporkan mengalami kekerasan fisik dan 5 persen mengatakan mengalami kekerasan seksual.
Dan 61 persen di antaranya yang mengalami migrain mengalami kekerasan semasa kecil, dan 49 persen tidak pernah mengalami migrain. Secara keseluruhan, mereka yang mengalami kekerasan semasa kecil 55 persen lebih sering mengalami migrain dibanding yang tidak mengalami kekerasan.
Sebaliknya, pernyataan dari AAN menyatakan bahwa mereka yang mengalami kekerasan secara fisik atau seksual tidak signifikan mengalami migrain dibanding mereka yang tidak mengalami kekerasan.