Obesitas Sebabkan Mikropenis pada Anak, Simak Penjelasannya

Ilustrasi anak.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Selama ini, obesitas atau kegemukan seringkali dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan. Sebut saja diabetes dan hipertensi. Bahkan, obesitas sentral yang ada di daerah perut juga disebut mampu berisiko bagi organ vital pria.

Mengenal Diet Autofagi yang Disarankan Dokter! Turunkan BB, Cegah Kanker Hingga Jaga Kesehatan Jantung

Seperti dilansir dari website resmi Universitas Airlangga, Spesialis Andrologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dr. Soetomo Dyan Pramesti, dr., M.Kes, Sp.And mengatakan bahwa pertumbuhan organ seks sekunder sangat dipengaruhi oleh testosteron. Jika ada gangguan dengan hormon ini, pertumbuhan penis akan menjadi terhambat. Gangguan hormon ini diyakini menyebabkan keterlambatan pertumbuhan penis.

“Dari jumlah pasien yang saya tangani, 80 persen pasien anak-anak yang obesitas memiliki mikropenis. Obesitas memicu terjadinya gangguan hormonal, yang mengarah pada penurunan konsentrasi testosteron," kata Soetomo.

Benarkah Kolesterol Tinggi dan Asam Urat Sebabkan Kanker Pankreas?

Idealnya, ukuran penis bayi baru lahir dalam kondisi umum adalah 3,1 – 4,7 cm, pada anak usia 1 tahun 3,9 – 5,6 cm, dan usia 5 tahun adalah 4 – 5 cm. Penis yang kurang dari ukuran normal disebut penis kecil dan tidak memerlukan terapi hormon. Sedangkan jika ukurannya kurang dari 2,5 cm dari kisaran ukuran normal, maka kondisi ini disebut mikropenis sehingga perlu terapi hormon.

Menurutnya, kasus mikropenis pada anak gemuk sebenarnya bisa ditangani melalui terapi hormon HCG. Meski begitu, orang tua harus waspada ketika anak-anak mereka mengalami obesitas, dan berusaha membantu anak-anak mengendalikan berat badan.

Jam Tidur Terbalik Bisa Picu Penyakit Serius! Begini Cara Kembali ke Pola Tidur Normal

"Jika tidak segera diketahui dan ditangani, akan ada risiko mikropenis hingga dewasa," katanya.

Melalui serangkaian tes dan terapi testosteron eksternal dalam bentuk HCG, testis akan menghasilkan testosteron. Terapi akan membuat penis lebih besar, meningkatkan kualitas pembentukan sel benih untuk meningkatkan fungsi reproduksi.

Terapi hormon akan efektif jika dilakukan sebelum anak memasuki masa pubertas. Hal itu sebaiknya dilakukan sebelum anak menjadi dewasa atau paling banyak berusia 12 tahun.

“Karena itu, level hormon harus ditingkatkan. Untuk keakuratan diagnosa, ukuran penis harus dipastikan dengan teknik pengukuran yang benar," ujar Soetomo.

Korelasi mikropenis dan kualitas kesuburan tentu berbeda. Kualitas kesuburan lebih identik dengan kualitas testis. Ia mengatakan bukan karena seorang memiliki mikropenis artinya ia tidak subur. 

"Namun, anak-anak dengan mikropenis tidak akan memiliki testis turun. Akibatnya itu membawa risiko gangguan kesuburan,” katanya.

Sebelum menentukan perawatan, spesialis andrologi pertama-tama akan melakukan serangkaian pemeriksaan fisik untuk menentukan ada tidaknya kelainan pada penis anak, dan menentukan apakah terapi diperlukan.

Stretched Penile Length (SPL) adalah pengukuran penis standar menggunakan penggaris kaku atau spatula kayu. Selain mengukur panjang penis, evaluasi menyeluruh juga dilakukan untuk kondisi anatomi penis, skrotum, dan testis.

Selain melihat kondisi penis, testis juga diperiksa. Karena dalam kasus mikropenis, umumnya disertai dengan ukuran testis kecil, testis tidak turun, atau uretra tidak pada tempatnya (hypospadia). Kondisi ini menandakan penghambatan pertumbuhan pada organ reproduksi.

Jika mikropenis didiagnosis, dokter akan memberikan suntikan hormon testosteron secara berkala dan dosis yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. Selain itu, dokter juga akan menyarankan pasien untuk menurunkan berat badan.

Jika mikropenis disebabkan oleh obesitas, itu masih bisa diatasi. Namun, jika itu disebabkan oleh kromosom seks abnormal atau sindrom klinefelter, itu bisa diturunkan secara genetik. Pasien dengan sindrom klinefelter akan berpotensi mengalami infertilitas dan secara genetik diturunkan. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya