Survei: Orang Indonesia Paling Malas Gerak dan Doyan Ngemil
- Pexels/Bruce Mars
VIVA – Indonesia memiliki prevalensi cukup tinggi terhadap sindrom metabolik, yaitu kumpulan faktor risiko kesehatan yang jika tidak segera ditangani bisa berakibat fatal.
Sindrom metabolik seperti peningkatan tekanan darah, kadar gula darah tinggi, lemak berlebih di sekitar pinggang, serta rendahnya HDL atau kolesterol baik.
Menurut penelitian, bahkan prevalensi sindrom metabolik di Indonesia mencapai 23 persen. Hal ini bisa terlihat dari Riskesdas terbaru 2018, dimana terdapat peningkatan dari jumlah penderita yang terkait sindrom ini, seperti proporsi obesitas usia dewasa yang di tahun 2013 sebesar 14,8 persen meningkat menjadi 21,8 persen. Prevalensi hipertensi meningkat dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen, prevalensi diabetes melitus meningkat dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen.
Dalam lima tahun, peningkatan tersebut sebenarnya bisa terprediksi mengingat masyarakat Indonesia cenderung malas bergerak, lebih senang menggunakan transportasi pribadi seperti mobil, motor, serta memilih makanan-makanan yang tidak sehat. Tentu saja hal-hal ini punya andil besar meningkatkan jumlah penderita sindrom metabolik di Indonesia.
Ada beberapa faktor lain yang ternyata peringkat tersebut tak seharusnya membuat Indonesia bangga, seperti misalnya bahwa Indonesia berada di peringkat pertama di Asia Pasifik sebagai negara paling hobi mengkonsumsi cemilan. Peringkat ini ada di atas Australia yang ada di posisi kedua.
"Hanya dua persen yang memilih camilan sehat, mayoritas lebih memilih keripik, biskuit, roti, kue, dan 95 persen masih kurang mengkonsumsi sayur dan buah," kata dr. Sandi Perutama Gani, Medical Expert Combiphar dalam acara Combiphar Media Workshop and Weekend Gateway, di Jambuluwuk Ciawi, Bogor, Jawa Barat, Sabtu 23 Maret 2019. Â
Fakta kedua adalah, Indonesia juga ada di peringkat satu negara dengan penduduk paling malas bergerak di seluruh dunia. Hanya sekitar 3.513 jumlah langkah rata-rata per hari penduduk Indonesia, dari jumlah yang seharusnya disarankan 10.000 langkah. Beragam keadaan ini tentu saja sindrom metabolik menjadi penyakit yang semakin berpotensi mengancam masyarakat Indonesia, bahkan hingga usia remaja.
"Transformasi gaya hidup yang signifikan yaitu cukup aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan sehat secara teratur perlu segera diaplikasikan untuk menghindari sindrom metabolik pada remaja. Lari menjadi salah satu kegiatan fisik yang direkomendasikan bagi usia muda untuk menjaga keseimbangan metabolisme tubuh," katanya.