Sering Dengar Suara Kencang di Klub Malam, Ini Bahayanya
- Pixabay/Giulia Marotta
VIVA – Gangguan pendengaran bisa mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan, mulai dari mengganggu proses belajar hingga menjadi beban ekonomi. Karenanya, kesadaran untuk mencegah timbulnya masalah pendengaran harus ditingkatkan.
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan dr. Cut Putri Ariane, MH.Kes, potensi gangguan pendengaran di sekitar kita ada banyak. Salah satunya ada di sekolah, terutama sekolah-sekolah kejuruan yang banyak menggunakan mesin bersuara tinggi. Hingga kini, masih banyak sekolah yang menggunakan mesin dengan suara di luar batas normal yang disarankan.
"Penggunaan earphone yang tanpa disadari, misalnya karena tidak mau dengar suara di sekitar jadi dibesarkan volumenya, itu kalau setiap hari bisa berpotensi gangguan pendengaran," ujar Cut saat temu media Hari Pendengaran Sedunia di Gedung Kemenkes RI, Jakarta, Jumat, 22 Maret 2019.
Begitu juga dengan orang-orang yang bekerja atau sering berkunjung ke klub dan mendengarkan musik dengan volume sangat tinggi.
Cut menambahkan, menurut data Riskesdas tahun 2013, penduduk usia di atas 5 tahun sebanyak 2,6 persen menderita gangguan pendengaran, ketulian 0,09 persen, serumen atau kotoran telinga 18,8 persen yang sering terjadi pada anak sekolah.Serumen yang tidak dibersihkan lama kelamaan akan menekan gendang telinga dan dapat menyebabkan gangguan pendengaran.
Gangguan pendengaran ini sebetulnya sangat mungkin dicegah. Proporsi anak gangguan telinga akibat cacat bawaan lahir atau disebut tuli kongenital, bila cepat ditemukan sebelum usia tiga bulan, dengan imunisasi rubella bisa memiliki kualitas pendengaran lebih baik, meskipun tidak bisa normal. Tapi, minimal bisa dikoreksi dengan optimal. (rna)