Menkes Ingin Generasi Muda Jadi Agen Perubahan di Bidang Kesehatan
- ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
VIVA – Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nila Moeloek ingin pemuda di Indonesia jadi agen perubahan dalam bidang kesehatan. Hal ini karena pada masa transisi usia anak ke dewasa, banyak sekali risiko kesehatan dan kesejahteraan yang dialami kaum muda.
Riskesdas 2018 sendiri juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penyakit tidak menular pada kelompok usia remaja dan dewasa muda. Dalam laporan itu, kanker, stroke, diabetes mellitus, dan hipertensi muncul pada kelompok usia 15-24 tahun dan terus meningkat hingga usia 35-44 tahun.
Hasil studi beban penyakit (Burden of Disease) tahun 2017 yang dikeluarkan oleh IHME dan Balitbangkes juga menyatakan bahwa remaja dan kelompok usia produktif di Indonesia mengalami kerugian akibat penyakit tidak menular (PTM).
"Jadi tahun yang hilang akibat disabilitas dan kematian dini (DALY Lost) penyakit tidak menular semakin meningkat di usia remaja (10-14 tahun) dan puncak bebannya ada pada kelompok usia produktif," kata dia.
Masalah lain yang teridentiflkasi adalah masalah kesehatan reproduksi dan perilaku berisiko pada remaja. Berdasarkan data Global School Heatlh Survey 2015, terdapat 3,3 persen remaja anak usia 15-19 tahun mengidap AIDS. Sedangkan hanya 9,9 persen perempuan dan 10.6 persen laki-laki usia 15-19 tahun memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV/AIDS.
"Makanya saya ingin, Youth Town HalI bisa memberikan ruang bagi pemuda merumuskan bentuk keterlibatan dalam pembangunan kesehatan secara strategis dan inklusif," ucap Nila.
Selain itu, Regional Director WHO South East-Asia, Dr Poonam Khetrapal Singh, juga menambahkan, acara ini juga dilakukan untuk mengumpulkan masukan dari para pemuda untuk menghadapi tantangan dalam bidang kesehatan.
"Karena dalam mengatasi risiko-risiko ini, wajib bagi kita mendengarkan secara langsung dari kaum muda apa yang mereka hadapi," kata dia. (zho)