Tuberkulosis Picu Bertambahnya Angka Pengangguran, Apa Sebab?
- Viva.co.id/Lutfi
VIVA – Hingga saat ini tuberkulosis masih menjadi salah satu penyakit terbanyak yang diderita masyarakat Indonesia. Data Global TB Report WHO 2018 mengungkapkan, bahwa Indonesia merupakan negara dengan beban TBC tertinggi ketiga di dunia.
Diperkirakan terdapat 842 ribu kasus TBC baru setiap tahunnya dengan angka kematian mencapai 110 ribu kasus. Setiap hari diperkirakan ada 300 orang meninggal karena tuberkulosis, pembunuh utama orang dengan HIV/AIDS di seluruh dunia.
Temuan kasus TBC tertinggi di Indonesia terdapat di Jakarta, dengan angka kasus TBC 366 per 100 ribu jiwa. Dari semua angka tersebut, 75 persen penderita TB berada pada usia produktif, atau sekitar umur 18-56 tahun.
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML), dr Wiendra Waworuntu, M.Kes, hal ini bukan hanya berdampak pada masalah kesehatan, melainkan juga masalah ekonomi.
"Bagi penderita TB reguler, 38 persen dari mereka kehilangan pendapatan, sedangkan pada penderita TB MDR, jumlahnya lebih tinggi, sekitar 70 persen," ungkapnya saat konferensi pers di Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2018.
Wiendra melanjutkan, lantaran dalam kondisi tersebut penderita TB harus melakukan pengobatan secara rutin. Sehingga akan memangkas waktu kerja bagi mereka yang berada di usia produktif.
Bukan hanya itu, ia juga menyebut mereka yang mengalami TB 26 persen juga kehilangan pekerjaan. Sedangkan TB MDR jumlahnya lebih besar yakni 56 persen, sehingga berpotensi meningkatkan angka pengangguran.
Ini pada akhirnya juga akan berdampak pada kerugian ekonomi negara jika tidak segera ditanggulangi. Sebab itu momentum Hari TB sedunia menjadi penting untuk menegaskan komitmen pada eliminasi kasus TB di Indonesia. (row)