Alasan Warga China Merebus Cuka saat Ada yang Sakit
- www.pixabay.com/Maraisea
VIVA – Cuka selama ini telah banyak digunakan dalam berbagai hidangan Asia. Ia juga telah lama dipercaya sebagai disinfektan yang efektif. Menurut cerita rakyat China, uap dari cuka yang mendidih dapat memurnikan udara.
Hal itu sempat membuat orang-orang di Guangdong, misalnya, bergegas membeli stok cuka putih karena ketakutan akan penyakit pneumonia pada tahun 2003.
Jadi, apakah air rebusan cuka benar-benar membersihkan udara? Jawaban singkatnya adalah tidak. Beberapa penelitian ilmiah menyebut bahwa asam asetat, komponen aktif cuka, memang mampu membunuh patogen, tetapi hanya melalui kontak langsung.
Dilansr laman Nextshark, sebuah studi tahun 2000 yang diterbitkan dalam jurnal Infection Control dan Hospital Epidemiology juga menunjukkan bahwa cuka dapat menghilangkan Staphylococcus aureus. Bakteri ini menyebabkan berbagai penyakit - mulai dari masalah kulit kecil hingga penyakit yang mengancam jiwa. Â
Selain itu, menurut sebuah studi 2010 yang diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE, kontak langsung dengan 10 persen cuka malt juga dapat menonaktifkan influenza A. Seperti halnya dengan pemutih 1 persen dan deterjen 0,1 persen, para peneliti menemukan cara yang cocok untuk mendisinfeksi permukaan yang terkontaminasi virus.
Baru-baru ini, sebuah studi tahun 2014 yang diterbitkan dalam jurnal mBio juga mengungkapkan bahwa cuka dapat membunuh Mycobacterium tuberculosis, bakteri yang bertanggung jawab untuk tuberculosis (TB) pada manusia.
Menurut para peneliti, patogen secara ‘efisien’ terbunuh setelah 30 menit paparan asam asetat 6 persen.
Menariknya, uap cuka juga telah digunakan sebagai disinfektan di Barat, seperti dalam kasus wabah 1745 yang melibatkan ternak di Montpellier, Prancis.Â
Pada saat itu, Fakultas Kedokteran merekomendasikan fumigasi sapi menggunakan uap, bersama dengan kayu juniper. Namun, belum ada penelitian ilmiah yang mengevaluasi efisiensi uap cuka sebagai pembunuh influenza, apalagi pembersih udara.Â