Banyak Kasus Kanker Anak Tidak Terdiagnosis, Ini Sebabnya
- Pixabay/woodypino
VIVA – Jumlah kasus kanker pada anak di dunia masih menjadi tantangan yang memprihatinkan. Namun, hal yang tidak kalah mengkhawatirkan adalah jumlah penderita ternyata hampir dua kali lipat dari jumlah yang dicatat di seluruh dunia.
Hal itu diungkapkan seorang peneliti di Harvard T.H. Sekolah Kesehatan Masyarakat Chan di Boston Zachary Ward. Dilansir laman Health24 ia menyebut bahwa hampir setengahnya tidak dapat terdiagnosis.
"Model kami menunjukkan bahwa hampir satu dari dua anak dengan kanker tidak pernah didiagnosis dan dapat meninggal tanpa diobati," katanya.
Studi yang dipublikasikan dalam Jurnal The Lancet Oncology, juga menemukan catatan bahwa terdapat 224 ribu kasus kanker anak di seluruh dunia pada tahun 2015. Namun, para peneliti memperkirakan jumlah aktualnya adalah 397 ribu.
Perkiraan sebelumnya telah didasarkan pada data dari pendaftar kanker, tetapi 60 persen negara tidak memiliki pendataan. Jumlah itu hanya mencakup sebagian kecil dari populasi. Studi yang dilakukan di 200 negara, mengungkapkan bahwa kasus-kasus yang tidak terdiagnosis dapat mewakili lebih dari setengah total di Afrika, Asia Tengah Selatan dan Kepulauan Pasifik.
Di Amerika Utara dan Eropa, hanya 3 persen dari kasus kanker anak-anak yang tidak terdiagnosis, kata para penulis penelitian. Jika tidak ada perbaikan yang dilakukan, sekitar 2,9 juta dari 6,7 juta kasus kanker anak kecil di seluruh dunia akan tidak terdiagnosis antara 2015 dan 2030,
Oleh sebab itu, menurut Ward, perkiraan yang akurat sangat penting untuk menetapkan prioritas perawatan kesehatan. Selain itu juga perlu perencanaan diagnosis dan pengobatan yang efektif untuk semua anak dengan kanker.
"Meski underdiagnosis telah diakui sebagai masalah, model ini memberikan perkiraan spesifik yang kurang," tambahnya.
Di sebagian besar wilayah, jumlah kasus kanker anak baru menurun atau stabil. Tetapi 92 persen dari semua kasus baru terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Jumlah itu lebih dari yang diperkirakan sebelumnya.
"Sistem kesehatan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah jelas gagal memenuhi kebutuhan anak-anak dengan kanker," ungkap Rifat Atun, peneliti senior studi dan profesor sistem kesehatan global di Universitas Harvard.