3 Efek Buruk Diet karena Terobsesi Kurus
- Pexels/rawpixel.com
VIVA – Standar sosial yang menganggap bahwa kurus itu cantik memicu banyak wanita rela menjalani diet ketat, bahkan kadang hingga tak mempedulikan lagi kesehatan tubuh. Semakin seorang wanita merasa jauh dari standar sosial itu, semakin tinggi munculnya konflik di dalam dirinya.
Ia merasa kesal, tidak suka dengan bentuk tubuhnya, atau merasa dirinya buruk. Emosi ini kemudian dijadikan dorongan menjalani diet menyiksa. Padahal, menurut Tara de Thouars, psikolog dari klinik LightHouse, diet yang dipicu oleh kemarahan tidak akan bertahan lama.
Karena, energi kemarahan akan sangat menguras sehingga banyak yang membuat berhenti di tengah jalan. Kemudian yang terjadi adalah ia akan semakin marah dan benci kepada dirinya sendiri.
"Semakin tidak terima, tidak suka dengan dirinya sendiri, semakin bermasalah ia ketika melihat makanan," kata Tara saat ditemui belum lama ini.
Ketika konflik ini terjadi, ada tiga kemungkinan yang bisa terjadi. Pertama, bisa terjadi yoyo diet. Di satu sisi ia mau makan makanan kesukaan, tapi ketika berat badan naik, ia jadi menyesal.
Kedua, obesitas. Ia menjadi tidak peduli lagi dengan perkataan orang yang terpenting ia bisa bebas menikmati makanan apa saja. Orang ini ingin mencoba menghindari realitas tapi di sisi lain ia punya keinginan kurus, sehingga terjadilah konflik.
Ketiga, mengalami gangguan makan seperti anoreksia yaitu melaparkan diri, tidak mau makan, bulimia atau memuntahkan kembali makanan yang sudah dimakan, atau binge eating yaitu makan sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat.
Tara mengatakan, gangguan makan atau eating disorder terjadi karena penderita tidak bisa menerima realita. Saking tidak terima, ia melakukan hal berlebihan, seperti diet berlebihan sampai mengganggu fungsi hidupnya sehari-hari. Gangguan makan ini sudah termasuk ke dalam gangguan kejiwaan. (mus)