Ternyata Ini yang Membuat Diet Sering Gagal
- Pixabay
VIVA – Sebagian besar wanita pasti pernah melakukan setidaknya satu kali diet dalam hidupnya, alasan utamanya tentu untuk menurunkan berat badan. Sayangnya, hanya sedikit yang paham bagaimana diet yang tepat dan sehat. Akibatnya, banyak yang justru berakhir pada gangguan makan. Kenapa demikian?
Menurut psikolog klinik LightHouse Tara de Thouars, hal ini diawali dengan adanya standar cantik di masyarakat. Standar ini mendefisinikan kalau cantik itu harus langsing dan berbadan tipis. Apalagi standar ini terus diperkuat dengan peran media seperti televisi, majalah dan media sosial yang sering kali menunjukkan bahwa cantik adalah kurus.
"Sehingga banyak sekali orang shaming, tubuh dikomentari oleh teman-teman," ujar Tara saat ditemui beberapa waktu lalu.
Padahal realitasnya, sulit sekali mengikuti standar sosial tersebut. Lingkungan kita cenderung mengarahkan kepada kegiatan makan. Contohnya arisan, rapat yang disediakan makanan, hingga kuliner.
Hal ini pun memunculkan pertentangan dalam diri, antara mengikuti standar atau makan dengan sebebas-bebasnya. Semakin kencang pertentangan ini, akan memunculkan konflik tentang makanan. Misalnya, ketika melihat makanan, Anda tidak lagi memandang itu sebagai makanan, tapi ada rasa tidak nyaman, gelisah, ingin makan tapi ada perasaan bersalah.
Tara menambahkan, muncul pula konflik terhadap tubuh. Di mana setiap kali berkaca selalu merasa tubuh menjadi gemuk.
Menurut Tara, kondisi di atas lah yang sering memicu seseorang memulai diet dengan niat yang tidak tepat. Diet yang justru memicu kegagalan dan malah berakhir menjadi gangguan makan.
“Semakin jauh kita dari standar sosial akan semakin memunculkan konflik dan kemarahan pada diri sendiri. Semakin tidak suka, semakin kesal, enggak terima, merasa diri buruk, semakin tinggi konflik antara realitas dengan keinginan," kata Tara.
Diet yang didasari oleh kemarahan inilah yang sering memicu gagal diet. (mus)