Viagra untuk Atasi Disfungsi Ereksi, Amankah?

Ilustrasi obat Viagra.
Sumber :

VIVA – Ketidakmampuan melakukan ereksi mempengaruhi hampir setengah dari populasi pria di atas 40 tahun. Penyebabnya bisa karena obat, jeleknya sirkulasi darah ke organ intim atau terlalu banyak minum alkohol.

Andropasue Bisa Sebabkan Masalah Seksual pada Pria, Dokter Beberkan Tanda-tandanya

Selama bertahun-tahun, jalan keluar bagi pria yang mengalami masalah keintiman ini adalah pil kecil berwarna biru bernama Viagra. Viagra bekerja dengan meningkatkan aliran darah menuju penis dan membuatnya mampu berereksi.

Namun faktanya, Viagra bukanlah sebagai zat perangsang dan tidak meningkatkan nafsu seksual, tetapi hanya bekerja bila adanya stimulasi seksual atau rangsangan erotik. Biasanya Viagra mulai bekerja satu jam setelah dikonsumsi dan ereksi akan terjadi sebagai respon dari stimulasi seksual tersebut.

Mr P Lagi Penetrasi Mendadak Loyo, Dokter Boyke Ungkap Biang Masalah Ini

Pria cenderung menggunakan viagra atau pil biru ini karena kinerja seksual dianggap sebagai prioritas utama bagi mereka. Hal ini juga yang dijelaskan dalam penelitian Lie T Merijanti Susanto, Disfungsi Ereksi (DE) merupakan masalah yang signifikan dan umum di bidang medis, dan merupakan kondisi yang tidak berhubungan dengan proses penuaan seseorang.

Dibandingkan dengan PDE yang lain, Viagra bekerja selektif terhadap Phosphodiesterase tipe 5 (PDE5). Dengan demikian efek utmanya adalah terhadap korpus kavernosus di penis, namun dikarenakan PDE5 juga ada di pembuluh darah maka pengaruh obat ini terhadap pembuluh darah juga tidak bisa diabaikan.

Viagra Juga Bisa Obati Pasien Demensia Vaskular

dr. Bumi Piwulang Caraka juga menjelaskan efek samping dari penggunaan Viagra. “Kebanyakan orang yang mengalami sulit ereksi akan mengkonsumsi obat seperti Viagra, Cialis, Levitra, akan tetapi obat tersebut hanya membantu ereksi saja.”

Bumi juga menjelaskan bahwa hasil dari konsumsi Viagra akan terlihat. “Namun efek samping dari penggunaan obat jangka panjang sangat berbahaya untuk kesehatan ginjal,” terang Bumi. Bumi menganjurkan penggunaan obat-obatan seperti Viagra harus berdasarkan resep oleh dokter.

“Karena dokter akan meresepkan obat sesuai kebutuhan pasien. Kebanyakan masyarakat yang sulit ereksi sok pintar untuk membeli obat dengan dosis yang mereka pikir bagus, padahal akibatnya bisa sampai pada kematian.”

Konsumsi Viagra dengan dosis yang dianjurkan, yaitu 25-100 mg dengan dosis maksimal 100mg. Jika dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan priapisme yang merupakan ereksi terus-menerus dan menyakitkan yang sering berlangsung berjam-jam lamanya. Padahal normalnya ereksi ketika mengonsumsi Viagra adalah 4 jam.

Untuk itu, Bumi menyarankan agar tidak perlu mengonsumsi Viagra, seorang yang sulit ereksi bisa menggunakan pengobatan alternatif, seperti Terapi Gelombang Kejut (Shockwave Therapy). “Terapi ini berlangsung tanpa rasa sakit. Selain itu, hasilnya juga berdampak bagus pada tubuh dan tanpa efek samping. Lebih bagusnya, tubuh menjadi sehat karena tidak perlu mengonsumsi obat-obatan.”

Konsultasi seputar disfungsi ereksi dengan dr. Bumi Piwulang Caraka melalui email di THE NGT CLINIC atau submit pertanyaan Anda di kolom di bawah ini.
 

ilustrasi organ intim/vagina/ keputihan

Masalah Organ Intim, Keputihan Hingga Disfungsi Ereksi Ternyata Bisa Diatasi dengan Mudah

Salah satu permasalahan organ intim pada wanita maupun pria sering terjadi, seperti masalah keputihan, aroma tidak sedap hingga masalah elastisitas pada area kewanitaan. 

img_title
VIVA.co.id
6 Oktober 2024