Monster Mematikan Ini Hantui Pelaku LGBT

Ilustrasi kelompok LGBT
Sumber :
  • VIVA/spectrum.com

VIVA – LGBT bukan hanya persoalan tentang menyalahi aturan dan bertentangan dengan norma, namun perilaku LGBT juga berbahaya bagi kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Cancer Research di Inggris, mengungkap bahwa homoseksual dua kali beresiko lebih tinggi terkena kanker dibandingkan dengan laki-laki normal.

Danlanud Sultan Hasanuddin Marsma TNI Bonang Akan Tindak Tegas Personel yang Terlibat LGBT

Selain itu, masih banyak penyakit lain yang disebabkan dari perilaku penyimpangan seksual LGBT, berikut diantaranya kanker anus, HIV/AIDS, dan penyakit gangguan mental.
    
Selain beberapa penyakit tersebut, dewasa ini telah ditemukan “monster” baru yang muncul di Indonesia bernama Sarkoma Kaposi. Penyakit ini menghantui para pelaku LGBT dan telah menelan korban jiwa.

Penyakit Sarkoma Kaposi masih dianggap baru dan langka di Indonesia. Namun sebenarnya, penyakit ini patut dijadikan “alert” bagi seluruh masyarakat, khususnya remaja, karena penyakit mematikan ini, muncul akibat dari perilaku seksual yang mulai marak terjadi di kalangan anak muda di Indonesia.

Kelompok Usia 20-24 Tahun, Tempati Jumlah Pengidap HIV/AIDS Terbanyak Kedua di Indonesia

Sarkoma Kaposi adalah kanker yang berkembang dari jaringan di sekitar pembuluh darah dan pembuluh limfa. Monster mematikan ini terbentuk dari hasil pertemuan antara HIV, sistem imun yang melemah, dan virus herpes manusia (HHV-8). Penyakit ini biasanya muncul sebagai jaringan abnormal yang tumbuh di bawah kulit, di sepanjang mulut, hidung, dan tenggorokan atau dalam organ tubuh lainnya.

Di Indonesia sendiri, penyakit mematikan ini pertama kali ditemukan di Serang, pada seorang remaja laki-laki dengan orientasi homoseksual. Setelah melakukan berbagai pemeriksaan, anehnya tidak ditemukan adanya virus HIV dalam tubuh pasien hingga ia meninggal dunia.

1.000 Napi HIV Diusulkan Dapat Amnesti dari Presiden Prabowo

“Saya sangat terkejut penyakit ini sudah merambah masuk ke Indonesia. Dulu penyakit ini hanya menyerang orang-orang yang terinfeksi virus HIV dan telah dinyatakan positif HIV/AIDS, namun ternyata virus Sarkoma Kaposi telah bermutasi dan dapat menyerang siapa saja bahkan orang yang tidak terkena HIV/AIDS sekalipun," kata dokter spesialis kulit dan kelamin, Dewi Inong Irana.

Terlebih, lanjut Dewi, orang yang sering melakukan penyimpangan hubungan seksual, virus ini hidup dalam tubuh para pelaku LGBT.

Menurutnya, para pelaku LGBT terutama homoseksual berisiko lebih tinggi terserang penyakit mematikan ini, karena perilaku seks menyimpang yang dilakukan lewat dubur.

Dari hasil survey yang dilakukan kepada beberapa remaja di media sosial instagram, 91 persen dari 300 remaja mengaku tidak pernah mendengar dan mendapatkan informasi tentang Sarkoma Kaposi, dan 95 persen di antaranya tidak mengetahui cara penyebaran dan penularan penyakit mematikan ini. Oleh karena itu, penting untuk mengedukasi para remaja guna meningkatkan pengetahuan mengenai Sarkoma Kaposi.

Sejauh ini, belum ditemukan penawar untuk penakit Sarkoma Kaposi, namun menurut dokter Inong, penyakit ini bisa diperlambat dengan menaikkan sistem kekebalan tubuh pasien. Sarkoma Kaposi pada penderita HIV akan diberi pengobatan untuk mencegah virus berlipat ganda, sekaligus memulihkan sistem kekebalan tubuh.

Pemulihan sistem kekebalan tubuh akan mengurangi jumlah HHV-8 di dalam tubuh dengan sendirinya. Tetapi apabila ukuran Sarkoma Kaposi masih kecil dan jumlahnya tidak banyak, penyakit ini dapat diatasi dengan beberapa cara, antara lain kemoterapi, terapi radiasi, dan krioterapi.
    
Sarkoma Kaposi adalah “monster” mematikan yang menghantui para pelaku LGBT. Untuk itu, penting untuk kita agar tetap menjaga kesehatan dan melakukan pola hidup sehat agar terhindar dari segala macam penyakit.
Di samping itu, kita harus senantiasa mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa agar terhindar dari segala macam godaan dan hawa nafsu dunia. Sarkoma Kaposi dapat dicegah dengan tidak berperilaku LGBT dan tetap berperilaku sebagaimana kodratnya.
Namun, akankah Indonesia bersih dari LGBT? Atau keberadaan mereka akan segera diakui oleh negara? Lalu, bagaimana Sarkoma Kaposi dapat dihentikan penyebaranya di Indonesia jika LGBT terus berkembang dan semakin merajalela?

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya