Miris, Penyakit Ini Sering Dikaitkan dengan Guna-guna dan Azab
- Pixabay/tantetati
VIVA – Penyakit kusta masih menjadi salah satu tantangan yang sulit dieliminasi di Indonesia. Selain masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini, banyak penderita kusta yang masih mendapat stigma di masyarakat.
Hingga kini masih beredar anggapan di masyarakat, terutama yang berada di daerah terpencil, bahwa kusta terjadi karena hal yang berbau gaib seperti guna-guna dan azab.
Anggapan itu tentu saja tidak benar. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kementerian Kesehatan, dr Wiendra Waworuntu, M.Kes, memastikan hal tersebut hanyalah mitos belaka. Ia mengatakan bahwa kusta merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan kuman kusta atau mycrobacterium leprae.
"Penyakit ini bukan karena kutukan, guna - guna, makanan dan bukan dosa," ungkap Wiendra saat ditemui pada konferensi pers Hari Kusta Sedunia 2019, di Kementerian Kesehatan, Kamis, 7 Februari 2019.
Wiendra menjelaskan bahwa gejala awal pada kusta seringkali berupa bercak pada kulit yang mati rasa. Penyakit ini menyerang kulit, saraf tepi dan organ tubuh lain yang jika terlambat diobati akan menyebabkan kecacatan.
"Karena mati rasa itu, banyak masyarakat yang membiarkan. Makanya menyebabkan keterlambatan penemuan dan juga risiko menular,"kata dia.
Sebab itu jika ada gejala berupa bercak pada kulit sebaiknya untuk segera diperiksakan ke dokter. Dengan demikian pasien bisa diberikan obat secara gratis sehingga penyakit tersebut bisa disembuhkan.