Mengapa Banyak Pria Enggan Periksakan Kanker Prostat?

Ilustrasi pria/laki-laki.
Sumber :
  • Pixabay/pexels

VIVA – Meski jumlah penderitanya cukup tinggi, namun banyak pria yang enggan untuk memeriksakan kanker prostat ke dokter. Bahkan, hal ini juga masih terbilang tabu untuk dibicarakan.

Profil Shannen Doherty, Bintang Beverly Hills 90210 Meninggal Dunia Usai Melawan Kanker Payudara

Padahal, kanker prostat sendiri merupakan jenis kanker ketiga terbanyak di Indonesia setelah kanker paru-paru dan dubur. Sekitar 15 kasus ditemukan di setiap populasi berjumlah 100.000 orang, dan angka ini terus meningkat dengan cepat.

Lalu mengapa pria masih enggan untuk membicarakan dan memeriksakannya ke dokter?

Pemain Saksofon Legendaris David Sanborn Meninggal Dunia di Usia 78 Tahun

Sebuah badan penelitian asal Inggris mengungkap konsep sosial ‘kejantanan’ sebagai salah satu penyebab di balik lebih rentannya pria terhadap kanker dibandingkan wanita. Fenomena yang sama juga diamati di Asia.

"Karena banyak pria merasa perlu unjuk kejantanan, mereka Iebih cenderung mengadopsi gaya hidup tidak sehat, yang diketahui dapat meningkatkan risiko kanker dan menghiraukan tanda-tanda masalah kesehatan," ucap Dr. Richard Quek, Senior Consultant Medical Oncology dari Parkway Cancer Center (PCC), saat konferensi pers di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan, Kamis, 31 Januari 2019.

Peduli Anak Kanker, Para Pelajar SMA Gelar Patterns of Hope

Ia melanjutkan, diskusi mengenai kesehatan pria serta ajakan melakukan pemeriksaan kesehatan juga masih kurang dijumpai dibandingkan dengan pesan-pesan kesehatan yang biasanya ditujukan bagi wanita.

“Waktu adalah faktor kunci dalam perawatan kanker, tetapi kami justru sering mendapati pasien pria yang menunda memeriksakan diri ke dokter hingga kanker mereka telah mencapai tahap lanjut,” kata Quek.

Para pasien pria tersebut umumnya beralasan, gejala-gejala yang mereka alami seperti letih berkelanjutan dan gangguan kemih hanya tanda penyakit ringan dan mereka harus kuat menghadapinya. Padahal, bila terus berlanjut, gejala-gejala tersebut dapat menjadi pertanda awal kanker pria, seperti kanker prostat dan penis.

“Semakin cepat kita mendiagnosis pasien, semakin baik pula prospek perawatan. Oleh karena itu, sebagai salah satu pusat kanker swasta terbesar di Singapura, kami memiliki misi untuk meningkatkan kesadaran seputar deteksi dini kanker, termasuk kanker pria," tambah Quek.(nsa)

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin

Menkes Budi Gunadi: Penyakit Kanker Bisa Diobati dengan Melakukan Skrining Lebih Awal

Kanker merupakan penyebab utama kematian di dunia. Diestimasikan terdapat sekitar 20 juta kasus baru dengan 9,7 juta kematian pada tahun 2022.

img_title
VIVA.co.id
4 Oktober 2024