Menguak Penyebab Perlemakan Hati, Apa Bahayanya?

Ilustrasi organ tubuh
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Hati merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia. Fungsi utama hati adalah menawarkan dan menetralisir racun, mengatur sirkulasi hormon, mengatur komposisi darah yang mengandung lemak, gula, protein, dan zat lain. Hati juga membuat empedu, zat yang membantu pencernaan lemak.

Karena fungsinya yang begitu besar dalam tubuh, maka penting untuk menjaganya tetap sehat. Jangan sampai penyakit seperti perlemakan hati terjadi.

Perlemakan hati atau hepatic steatosis adalah penumpukan lemak yang berlebih pada organ hati. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan pada fungsi hati yang seharusnya memproses makanan dan minuman, serta menyaring zat berbahaya dari darah. Jika dibiarkan tanpa pengobatan, dapat memicu peradangan hati yang menimbulkan jaringan parut (fibrosis), bahkan dapat mengarah pada kondisi sirosis, yaitu terbentuknya jaringan parut luas yang merusak struktur hati dan mengganggu fungsi hati.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam, dr. Irsan Hasan, SpPD (K) KGEH dalam acara Ayo Hidup Sehat di tvOne, Senin, 28 Januari 2019, masih banyak masyarakat di Indonesia yang salah mengartikan penyebab penyakit ini. Banyak yang menduga bahwa penyebab perlemakan hati akibat sering makan makanan berlemak, padahal kenyataannya tidak.

“Banyak yang salah artikan, perlemakan hati ini tidak semata-mata akibat makan-makanan berlemak. Bukan semata-mata lemak saja tetapi juga karbohidrat, seperti nasi yang mengandung glukosa dan fruktosa yang jika terlalu banyak akan ada trigisit dan menumpuk di lemak,” kata dia, Senin 28 Januari 2019.

Dia melanjutkan, orang dengan berat badan berlebih pun juga memicu terjadinya perlemakan di hati. Seperti penelitian di Depok, Jawa Barat pada orang yang obesitas 30 hingga 40 persen orang yang obesitas terindikasi mengidap perlemakan hati. Sedangkan 60 persen orang yang obesitas berlebih sekali mengidap perlemakan hati.

Namun, lebih lanjut dia menjelaskan bahwa bukan hanya orang dengan obesitas saja yang rentan terkena penyakit ini. Orang yang memiliki berat badan yang normal pun juga bisa mengalami hal demikian.

“Ini juga berdasarkan pada sistem metabolisme lemak seseorang. Kalau periksa secara sederhana dengan kolesterol ada trigliserida. Tetapi belum tentu kolesterol dan trigliseri tinggi hanya di orang obesitas. Metabolisme tidak baik kedua ini tinggi, masuk ke liver banyak enggak disimpan dalam bentuk lemak,” kata dia.

Minum Kopi di Pagi Hari Lebih Efektif Bakar Lemak, Tapi Ada Syaratnya

Soal gejala perlemakan hati sendiri, sulit diketahui lantaran penyakit ini sebagian besar datang tanpa gejala. Mengingat kata dia, hati tidak ada syarafnya.

“Kadang gejalanya ada yang merasa ganjal karena bengkak, tetapi gejala ini juga suka saru dengan batu empedu, perlu di USG,” beber dia.

Buah Kiwi Disebut Bikin Wajah Lebih Tirus, Cuma Mitos Atau Fakta?

Penyakit ini pun harus ditangani dengan baik lantaran jika tidak, bisa menyebabkan sirosis dan kanker hati.

“Belakangan ini kanker hati terjadi karena penyakit ini. Atasinya simpel kalau lebih berat badan turunkan dengan mengatur pola makan,” jelas dia. (tsy)

Jokowi Beri Lampu HIjau Makanan Olahan Siap Saji Kena Cukai, Kemenkeu Siapkan Aturannya
Ilustrasi obesitas/kegemukan.

Gemuk Lemak atau Gemuk Air? Kenali Perbedaannya dan Cara Mengatasinya

Dua tipe utama yang sering ditemui adalah gemuk lemak dan gemuk air. Memahami perbedaan keduanya sangat penting untuk menentukan langkah yang efektif dalam mengatasinya.

img_title
VIVA.co.id
21 November 2024