Minum Susu Selain Dari Sapi, Bisa Bikin Anak Bertubuh Pendek
- Pixabay/Candice_Rose
VIVA – Akhir-akhir ini bermunculan berbagai jenis susu baru. Mulai dari susu almond yang sedang hits hingga rice milk. Bagi anak-anak yang kurang menyukai susu sapi, ada alternatif lain, yaitu susu kedelai.
Semua jenis susu memang punya kandungan yang baik untuk tubuh. Tapi studi baru-baru ini menemukan, anak yang minum susu almond, susu kedelai serta rice milk memiliki tubuh yang lebih pendek dibanding mereka yang minum susu sapi.
Pemimpin studi, Dr. Jonathon Maguire mengemukakan bahwa anak berumur 3 tahun yang minum susu non sapi sebanyak tiga cangkir sehari lebih pendek 1,5 cm dibanding anak yang minum susu sapi.
Dilansir dari Reader's Digest, studi itu diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition. Dalam studi tersebut, peneliti menguji 5,043 anak dari Kanada dengan rentang umur dua sampai enam tahun (51 persen-nya laki-laki). 5 persen dari anak-anak tersebut hanya minum susu non sapi, 84 persen hanya minum susu sapi, 8 persen lainnya minum semua jenis susu serta 3 persen tidak minum susu apa pun.
Para peneliti pun terkejut dengan hasilnya, bahwa jumlah pertumbuhan yang kurang dipengaruhi oleh seberapa banyak susu yang dikonsumsi. "Anak-anak yang minum susu non sapi, secara rata-rata tumbuh lebih kecil dan lebih pendek," kata Dr. Maguire kepada CNN.
Para peneliti belum mengetahui apakah kurangnya pertumbuhan pada anak-anak akan berlangsung hingga mereka dewasa. Umumnya anak yang lebih pendek akan menyamai tinggi anak yang minum susu sapi ketika mereka tumbuh dewasa. Hanya waktu yang bisa membuktikannya. Tapi telah terbukti bahwa anak yang memiliki persentase tinggi tertentu akan tetap berada pada persentase yang sama hingga dewasa.
Ada cara lain untuk memaksimalkan pertumbuhan anak. Penelitian terbaru menyarankan menyajikan susu sapi bersama telur. Peneliti dari Washington University menemukan bahwa telur secara signifikan meningkatkan angka pertumbuhan dan mengurangi stunting sampai 47 persen pada bayi.
Penelitian tersebut dipublikasikan pada jurnal Pediatrics. Lora Iannotti, pemimpin penelitian menyampaikan bahwa telur yang harganya terjangkau dan mudah diolah berpotensi mengurangi stunting di seluruh dunia. Penelitian melibatkan anak berusia enam hingga sembilan bulan. Beberapa anak diberikan telur sebutir sehari selama enam bulan, sementara anak lainnya tidak diberikan telur. Jumlah berat badan yang kurang pada anak pemakan telur menurun 74 persen.