Media Sosial Penyebab Depresi pada Generasi Millenial
- Pexels
VIVA – Generasi milenial dikenal sebagai generasi yang lihai menggunakan teknologi dan media sosial. Tapi hal itu nampaknya tidak selalu berdampak positif.
Sebuah penelitian terbaru justru menemukan hubungan antara tingginya penggunaan media sosial, dan gangguan depresi mayor pada generasi milenial. Mereka juga lebih cenderung menggunakan media sosial untuk cara memperburuk atau menyoroti depresi mereka.
Sebagai contoh, orang dewasa muda yang depresi lebih cenderung membandingkan diri mereka di media sosial dengan orang-orang yang terlihat lebih baik daripada mereka, kata kepala peneliti studi, Anthony Robinson. Dia adalah asisten peneliti di departemen psikologi di Texas State University, Amerika Serikat.
"Jika orang membuat perbandingan berdasarkan gambar yang sedang dipamerkan, itu dapat menyebabkan perasaan rendah diri," kata Robinson, dikutip dari Health24, Rabu, 16 Januari 2019.
Orang dewasa muda yang tertekan juga lebih cenderung merasa terganggu jika di-tag temannya dalam gambar yang tidak menarik, dan lebih kecil kemungkinannya untuk mengunggah foto diri mereka dengan orang lain. Tidak hanya itu, mereka juga lebih cenderung menyensor diri sendiri untuk menghindari penilaian orang lain.
Dalam studi ini, Robinson dan rekan-rekannya meminta 504 mahasiswa di Texas State untuk mengisi survei online. Survei menilai penggunaan media sosial mereka dan menanyakan berbagai pertanyaan psikologis.
Mereka yang memiliki gejala depresi melaporkan perilaku seperti tidur berlebihan, perasaan putus asa dan bersalah, atau kehilangan kesenangan dalam kegiatan yang biasa mereka nikmati. Sekitar 16 persen dari mahasiswa memenuhi kriteria untuk gangguan depresi mayor, dengan proporsi kriteria yang dianggap tinggi oleh Robinson.
"Jika Anda menghabiskan lebih banyak waktu di platform ini dan Anda sedang dikontrol atau mengalami cyberbullying. Itu akan memiliki efek negatif pada kesejahteraan psikologis Anda," ujar Robinson. (rna)